Jumat, 28 November 2008

Raperdasi HIV Papua yang diributkan

Dear all,
Isi Raperdasi HIV Papua yang diributkan / krusial oleh teman-teman :

1. Bab V -Kebijakan, Psl 11 (3) Memberlakukan penggunaan kartu identitas AIDS bagi setiap orang di Provinsi Papua.

2. Bab VI Strategi Penanggulangan , Psl 12 (5) Membentuk keluarga next generation yang berkualitas baik, bermoral dan beriman serta mampu mencegah masuknya HIV kedalam anggota keluarga.

3. Psl 13 (1) Menerapkan pola PCT (Proaktif Counseling and Testing) diberbagai jenjang dan strata unit layanan kesehatan pemerinytah maupun swadaya masyarakat, panitia atau relawan dalam upaya penjaringan dan penemuan kasus dini. .

4. Bab VII-Upaya Penemuan Kasus Baru- Pasal 14 (3) Hasil PCT dicatat dalam kartu identitas AIDS, buku induk serta merupakan salah satu sumber data penting bagi pembuatan data base.

5. Pasal 15 , Pemeriksaan darah HIV wajib dilakukan terhadap:
(2) Pasangan calon nikah
(3) Pencari kerja swasta maupun PNS
(4) Calon siswa dan mahasiswa baru
(8) Pencari kerja dari dalam dan luar Papua

6. Bab VIII Pembuatan Data Base, Pasal 16
(1) Data base harus memuat identitas lengkap dari setiap penduduk di Prov.Papua, orang yang telah terinfeksi HIV dan penderita AIDS.
(2) Pembuatan data base dilakukan oleh Komite Khusus di bawah pengawasan langsung dari KPA Provinsi.
(3) Selain pembuatan data base, Komite khusus diberi kewenangan untuk memantau dinamika HIV dan AIDS di Provinsi Papua.

7. Bab IX Pemantauan Dinamika HIV dan AIDS. Pasal 17
(1) Pemantauan dinamika HIV dan AIDS dalam masyarakat terutama dilakukan pada orang yang terinfeksi HIV dengan perilaku seks bebas, penjaja seks jalanan, pengguna napza suntik, pecandu alkohol, penghisap lem aibon, zat adiktif lainnya dan atau orang dengan HIV positif yang berperilaku agresif.
(2) Pemantauan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan menggunakan metode langsung maupun tidak langsung.
(3) Metode langsung digunakan dengan pemberlakuan kartu identitas AIDS bagi setiap orang di Papua.
(4) Metode tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan menggunakan alat bantu deteksi obyek, seperti halnya penggunaan microchip pada orang dengan HIV yang berperilaku agresif dan membahayan oran lain.
(5) Sebelum menerapkan alat bantu deteksi dinamika HIV dan AIDS dalam masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), perlu dilakukan kajian dan penelitian yang komprehensif oleh lembaga yang berkompeten seperti halnya KPA dan Pusat Studi AIDS di Provinsi papua.

8. BAB X Pencegahan HIV, Pasal 18 ayat 2 butir:
g. Memantau secara ketat dan membatasi setiap orang atau dinamika orang dengan HIV positif yang berperilaku agresif dan membahayakan orang lain
h. Apabila langkah nasehat dan pembinaan telah dilakukan secara baik kepada orang dengan HIV yang berperilaku agresif membahayakan, namun terjadi pelanggaran maka petugas atau Aparat Kepolisian dapat menahan untuk diproses secara hukum

9. Bab XI Pasal 21, ayat (4) ; Pemularsaan jenazah dari penderita AIDS dan atau HIV Positif, dilakukan oleh petugas terlatih bersertifikat dan sedapat mungkin pada unit layanan kamar jenazah khusus.

10. BAB XV Hak dan Kewajiban , Pasal 31, ayat 2 ; Setiap Instansi , Lembaga, Badan Hukum, Organisasi, termasuk penyedia tenaga kerja dan pengelola layanan publik berhak :
a. Memperoleh informasi dan perlakuan yang sama di muka hukum
b. mengetahui status HIV anggota atau calon anggotanya dari akrtu identitas AIDS; serta
c. Memberi saran dan atau melaporkan ke KPA apabila ditemukan Karyawan atau kliennya yang HIV positif dan membahayakan orang lain

11. Pasal 32, Ayat (2) Setiap instansi , Lembaga , Badan Hukum, Organisasi ternasuk penyedia tenaga kerja dan pengelola layanan publik, berkewajiba:
a. Memiliki status perijinan yang sah
b. memiliki visi dan prosedur tata cara yang jelas dan tertulis dalam ikut serta menanggulangi HIV dan AIDS.
c. Wajib mengembalikan kepada keluargadan atau daerah asal, bagi tenaga kerja baru dari luar Papua yang diketahui terinfeksi HIV, dan : ....

12. Bab XVII Dewan Pertimbangan AIDS Pasal (34)
(1) Dewan Pertimbangan AIDS mendapat tugas dan kewenangan untukmemberikan pertimbangan Paripurna , holistik, komprehensif, profesional dengan memperhatikan aspek medikososial kompleks terhadap calon penerima ARV yang terkendala oleh persediaan obat.
(2) Dalam hal jumlah calon penerima ARV lebih banyak dari kesediaan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , maka skala prioritas penerima ditetapkan oleh Dewan Pertimbangan AIDS
(3) Dewan Pertimbangan AIDS paling banyak 7 orang dan terdiri dari atas unsur medis 2 orang, psikolog, agama, kaukus perempuan Papua, Dewan Adat Papua dan LSM yang pemilihannya melalui fit and proper test dan ditetapkan dibawah sumpah berdasarkan keputusan Gubernur
(3) Masa bakti Dewan pertimbangan AIDS adalah 3 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali.


Salam,
Robert Sihombing,
Jayapura

Rabu, 19 November 2008

Hari Ini, Pertemuan Pemangku Kepentingan HIV/AIDS Dibuka


Ditulis Oleh: Robert Wanggai/Papua Pos
Rabu, 19 November 2008

Pertemuan Pemangku Kepentingan (Stake holders) untuk Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di Tanah Papua dibuka hari ini (19/11), dipastikan dihadiri Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), dr. Nafsiah Mboi, MPH, Sp.A mewakili Ketua KPAN, Aburizal Bakrie, yang juga Menkokesra.

PENEGASAN itu disampaikan Sekretaris Panitia Pelaksana pertemuan pemangku kepentingan, Drs. T.H. Pasaribu, M.Si di sekretariat panitia Kantor Gubernur Papua Dok II, Selasa (18/11). “Harusnya Menkokesra, tapi diwakilkan kepada ibu Nafsiah,” ujar Pasaribu.
Selain Nafsiah beberapa beberapa narasumber dari luar Papua, yakni sosiolog, Prof. Dr. Paulus Wiratomo (Univ Indonesia) dan Prof.Dr.dr. Tuti Parwati Merati, Sp.PD (Univ Udayana Bali)

Disinggung kehadiran peserta yang diperkirakan 600 orang, Pasaribu menegaskan hingga H-1 satu kemarin, peserta yang sudah terdaftar kurang lebih 200 peserta. “Diharapkan hari ini peserta dari daerah sudah bisa hadir semua,” ujar Pasaribu.

Ditambahkan sasaran dari pertemuan pemangku kepentingan ini adalah diperuntukan bagi semua pemangku kepentingan baik pemerintah, LSM, masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda.

Disinggung filosofi soal tema yang diusung panitia yakni “Kepemimpinan Kuat dan Bijaksana Untuk Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di Tanah Papua”, Pasaribu menjelaskan pemangku kepentingan selama ini sudah berjalan dalam rangka pencegahan namun katanya dari pertemuan ini diupayakan adanya percepatan, karena antar kegiatan yang dilakukan tidak sebanding dengan pencegahan.

”Untuk itu kita perlu percepatan. Percepatan dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan bijaksana,” pungkas mantan Sekda Kota Jayapura ini. Intinya penyebaran HIV lebih kuat dari pada usaha-usaha dalam semua lini, termasuk kepemimpinan. “Keluarga juga dibutuhkan untuk melakukan percepatan,” tambahnya.
Pertemuan pemangku kepentingan digelar dalam siding pleno, sidang panel dan pameran yang merupakan kegiatan utama dengan tujuan untuk mempromosikan hasil-hasil kegiatan pencegahan dan penanggulanan HIV dan AIDS di Tanah Papua, selain mensosialisasikan inovasi baru program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang berorientasi pada penanganan akar masalah dan pengintegrasian sistem pelayaan kesehatan masyarakat. Selain mengadvokasi pemangku kepentingan untuk percepatan pencegahan dan penanggulanan HIV dan AIDS di Tanah Papua. Berita terkait kegiatan baca hal… 7. (**)

http://papuapos.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1617&Itemid=1

Sabtu, 25 Oktober 2008

INDONESIA PRODUKSI OBAT ANTIRETROVIRAL

In Indonesia Sehat on August 29, 2008 at 6:05 pm.
Untuk menjamin ketersediaan obat yang berkesinambungan bagi mereka yang terinfeksi HIV/AIDS, obat antiretroviral atau ARV kini diproduksi di dalam negeri. Sekretaris Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Indroyono Soesilo, dalam acara peresmian Unit Produksi ARV Kimia Farma yang memiliki kapasitas produksi 168 juta butir per tahun, di Jakarta, Kamis (28/8), menyatakan bahwa dengan meningkatnya angka kasus HIV, ketersediaan ARV yang berkesinambungan dengan harga terjangkau sangat diperlukan. Menko Kesra Aburizal Bakrie, dalam sambutan tertulisnya, menyatakan, saat ini sejumlah obat ARV lini pertama terbukti ada indikasi resistensi obat pada sejumlah kasus HIV/AIDS. Sementara itu, produk lini kedua di pasaran harganya sangat mahal. Karena itu, keberadaan unit produksi ARV yang juga akan memproduksi obat ARV lini kedua merupakan jawaban dari masalah kebutuhan obat ARV bagi mereka yang terinfeksi HIV. ”Pendirian unit produksi ARV ini membuktikan kita mampu mandiri mengatasi masalah kebutuhan obat ARV dalam negeri,” ujarnya. Pada tahun 2008, Departemen Kesehatan mengalokasikan dana sekitar Rp 40 miliar untuk pengadaan obat ARV gratis yang diberikan kepada pengidap HIV/AIDS. Prof Sjamsurizal Djauzi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menangani masalah HIV/AIDS menyatakan bahwa anggaran pemerintah dalam pengadaan obat ARV perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, menurut prosedur baru WHO, terapi ARV kini diberikan lebih dini untuk mencegah infeksi oportunistik. Jika semula terapi diberikan kepada pasien de- ngan CD-4 kurang dari 200, terapi ARV kini dilakukan pada pasien dengan CD-4 kurang dari 350.
Lisensi wajib Direktur Utama Kimia Farma Sjamsul Arifin menyatakan, kebutuhan masyarakat saat ini sangat mendesak dalam menanggulangi epidemic HIV/AIDS dengan obat ARV yang masih dalam masa paten. Akan tetapi, Deklarasi Doha menyatakan, bila negara memerlukan dan digunakan untuk kemanusiaan, pemerintah dapat melaksanakan paten atau lisensi wajib terhadap obat-obat ARV. Saat ini, pemerintah melakukan paten atas obat ARV Efavirenz di samping Neviraphine dan Lamivudin. Hal ini bertujuan mengoptimalkan akses terhadap obat-obat itu. PT Kimia Farma ditetapkan pemerintah sebagai pelaksana paten dalam memproduksi dan mendistribusikan obat- obat ARV ke 25 rumah sakit rujukan. Saat ini, Kimia Farma telah memproduksi obat-obat ARV lini pertama, yaitu Lamivudin, Neviraphine, Zidovudin, Duviral, Triviral, dan Staviral. Fasilitas produksi ini dibangun mengacu pada persyaratan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan kualifikasi WHO. Karena telah timbul resistensi pasien terhadap obat-obat ARV lini satu, pihaknya berharap pemerintah dapat melaksanakan paten atas obat-obat ARV lini kedua, yaitu Tenovovir, Ritonavir dan Didanosin. Obat-obat tersebut kini masih dalam masa paten sehingga harganya sangat mahal dan sulit terjangkau penderita HIV/AIDS.

Novan PKBI DIY (milis aidsindonesia)
Coba baca akuindonesiana "Berita Seputar Indonesia Terkini"

Senin, 20 Oktober 2008

PENCEGAHAN HIV/AIDS GAGAL, KPA MINTA ATURAN NO CONDOM NO SEX

Selasa, 14/10/2008 01:40 WIB
Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia dinilai gagal. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) meminta pemerintah tegas mengeluarkan aturan 'no condom no sex'. "Upaya pencegahan kita gagal, terutama kalau masalah pencegahan HIV/AIDS. Pengobatan itu mahal sekali, sedangkan anggaran pengobatan dari pemerintah hanya Rp 70 miliar," kata Ketua KPA Nafsiah Mboi.
Hal itu dikatakannya dalam diskusi peluncuran diseminasi Survei Terpadu Biologis Perilaku (STBP) di Gedung Departemen Kesehatan (Depkes), Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Senin (13/10/2008). Menurut Nafsiah, cara yang paling efektif untuk menanggulangi HIV/AIDS adalah dengan melakukan pencegahan. Begitu pentingnya pencegahan itu sehingga dia menekankannya berkali-kali.
"Harus ada upaya dorongan pada pencegahan, pencegahan, dan pencegahan," tegasnya.
Upaya pencegahan itu, imbuh Nafsiah, perlu dibarengi dengan perubahan konstruksi sosial di dalam masyarakat menyangkut arti kejantanan. Kejantanan harus diidentikkan dengan kemampuan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain, termasuk dari bahaya HIV/AIDS. "Harus ada perubahan, laki-laki jantan itu kayak apa sih? Laki-laki jantan itu yang bisa melindingi dirinya dan orang lain, melindungi kesehatan dirinya dan
orang lain," tukasnya.
Mengingat hubungan seksual adalah salah satu penyebar utama virus HIV/AIDS, lanjut Nafsiah, pemerintah perlu membuat kebijakan terkait dengan penggunaan kondom. Pemerintah harus membuat kebijakan wajib pakai kondom bagi pelaku hubungan seksual yang bebas.
"Pemerintah harus bisa membuat kebijakan wajib makai kondom atau tidak (seks) sama sekali, no kondom no sex," tandas dia.(sho/nwk)
http://www.detiknews.com/read/2008/10/14/014033/1019534/10/pencegahan-hiv/aids-gagal-kpa-minta-aturan-no-condom-no-sex

Minggu, 19 Oktober 2008

Wah, Banyak Aparat Daerah di Papua Terkena HIV/AIDS

Sabtu, 18/10/2008 05:05 WIB
Irwan Nugroho – detikNews

Nabire - Jumlah penderita HIV/AIDS di Papua terus meningkat. Di provinsi Papua, penderita penyakit ini mencapai 14,5 kali lipat angka nasional . Sedangkan di Papua barat 1,8 kali lipat angka nasional. Ironisnya aparat pemerintahan daerah juga banyak yang terkena penyakit mematikan ini. "Kalau ada program save papua maka pemeriksan pertama itu harus dilakukan pada aparat daerah," ujar Ketua Dewan Kesehatan Rakyat Papua Nelles Dogoma di sela-sela peluncuran pembangunan desa siaga di tanah Papua di Nabire, Papua, Jumat (17/10/2008).
Nelles menjelaskan faktor terbesar yang memicu kasus menularnya HIV/AIDs adalah hubungan seksual yang tidak aman. Rata-rata penderita HIV/AIDS adalah golongan ekonomi berkecukupan. Termasuk para pejabat daerah.
Nelles memaparkan jumlah penderita HIV/AIDS di Papua adalah di Nabire dengan 435 kasus, kemudian di Jayapura 310 kasus dan terakhir di Mimila 175 kasus.

"Ini data terkini per 31 Agustus 2008," ungkapnya.
Untuk provinsi Papua Barat, Sorong menempati posisi tertinggi dengan 31 kasus, berikutnya Kota Sorong dengan 26 kasus.

Menurut Nelles data ini didapatkan dari lapangan secara door to door. Data ini juga telah disampaikan pada Menkes Siti Fadillah Supari.(rdf/ape)

http://www.detiknews.com/read/2008/10/18/050513/1022011/10/wah,-banyak-aparat-daerah-di-papua-terkena-hiv/aids

Rabu, 15 Oktober 2008

Ditemukan 179 Kasus HIV dan AIDS

Ditulis Oleh: Iwan/Papos
Rabu, 15 Oktober 2008

WAMENA (PAPOS)- Penjabat Bupati Jayawijaya, Washinton Turnip, SH, MM yang juga selaku Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jayawijaya mengatakan, dari data yang berhasil diperoleh hingga akhir Juli 2008 lalu, ditemukan 179 kasus HIV dan AIDS.
Namun dari jumlah yang diperoleh tersebut, berdasarkan data yang diperoleh di Distrik Wamena Kota. Meskipun begitu, epidemi ini sudah semakin meluas kebeberapa distrik maupun wilayah lainnya. Untuk itu dirinya mengharapkan, agar hal ini mendapatkan perhatian lebih dari seluruh kalangan.
“Dengan data yang dimiliki kini, diharapkan seluruh masyarakat dapat lebih serius dalam penanggulangan HIV dan AIDS ini,” ujar Bupati pada pembukaan pelatihan Komisi Penangggulangan AIDS tingkat distrik se-kabupaten Jayawijaya, belum lama ini di Aula Betesda Wamena.
Dari jumlah data yang dimiliki saat ini, Bupati mengatakan, dengan kegiatan semacam ini dipandang perlu untuk mensosialisasikan bagaimana tentang pencegahan serta penanggulangan HIV dan AIDS dengan tepat kepada masyarakat, baik yang berada di distrik-distrik maupun perkotaan.
Karena menurutnya, penanggulangan HIV dan AIDS bukan hal yang mudah, untuk itulah dibutuhkan keseriusan dan kerjasaa dari seluruh elemen masyarakat untuk menekan virus dari penyakit ini, karena penyait tersebut tidak pandang bulu siapapaun dapat tertular bila kurang hati-hati.(iwan)
http://papuapos.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2177&Itemid=9

52 Persen Pelajar dan Mahasiswa Terinfeksi HIV AIDS

Ditulis Oleh: lina/Papos
Senin, 15 September 2008

JAYAPURA (PAPOS)-Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jayapura per Maret tahun 2008 kumulatif kasus HIV dan AIDS di Papua bagi golongan usia 5 hingga 29 tahun berjumlah 2142 kasus dari 3955 kasus yang terjadi dimana dari data ini disebutkan bahwa 52 persen penyandang kasus infeksi HIV/AIDS adalah kalangan mahasiswa dan juga pelajar. Ketua KPA Koat Jayapura H.Sudjarwo BE mengatakan data yang ada saat ini sangat merisaukan Pemerintah dan juga masyarakat karena bila ditelusuri faktor penularan HIV dikalangan mahasiswa dan pelajar adalah disebabkan oleh heteroseksual.
“Proses penularan HIV ini disebabkan heteroseksual, ironisnya para anak-anak kita kalangan mahasiswa dan pelajar itu, rata-rata belum berumah tangga,” kata Sudjarwo kepada wartawan usai membuka acara sensitas tokoh adat terhadap dampak HIV/AIDS yang berlangsung di Hotel Yasmin, Sabtu (12/9) lalu.
Untuk mengurangi angka penderita HIV pada tahun mendatang maka pemerintah Kota saat ini telah bekerjasama dengan tokoh adat maupun tokoh agama, dimana tokoh adat dan tokoh agama mempunyai peran penting dalam memberikan pengawasan terhadap penderita atau yang terinfeksi HIV.“Harapan kita melalui tokoh adat dan tokoh agama masyarakat dapat meresponnya dengan baik,” kata wakil Walikota ini.
Dikatakan, dengan jumlah data penderita yang begitu besar kiranya masyarakat menyadari tentang betapa bahaya dari HIV itu sendiri karena apabila masyarakat tidak menyadarinya juga yang rugi bukan hanya si penderita tetapi pihak Pemerintah.
“Harusnya anggaran Pemerintah digunakan untuk infrastruktur namun dengan bertambahnya jumlah kasus HIV ini maka dana infrastruktur dialihkan kepada biaya kesehatan, hal inilah yang harus disadari oleh masyarakat juga,” kata Sudjarwo.(lina)

http://papuapos.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1782&Itemid=9

Kamis, 09 Oktober 2008

Akhir Drama Penemuan HIV


KOMPAS Rabu, 8 Oktober 2008 | 22:23 WIB
OLEH IRWAN JULIANTO

Persaingan Luc Montagnier dan Robert Gallo, dua penemu human immunodeficiency virus, virus penyebab AIDS atau acquired immune deficiency syndrome, berakhir sudah. Montagnier memperoleh Hadiah Nobel Kedokteran 2008 bersama asistennya, Francoise Barre-Sinoussi, sementara Gallo harus gigit jari. Mengapa begitu?
Dewan juri Hadiah Nobel Kedokteran di Stockholm, Swedia, sama sekali tidak menyebut nama Gallo dalam penjelasan mereka. Padahal, tanpa peran Gallo dalam menemukan interleukin-2 tahun 1975 dan teknik membiakkan kultur retrovirus manusia, Montagnier dan timnya di Institut Pasteur Paris tak akan berhasil menumbuhkan biakan HIV.
Ironisnya, Barre-Sinnousi justru pernah magang di laboratorium National Institute of Health (NIH) di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat (AS), yang dipimpin Gallo.

Tragisnya lagi bagi Gallo dan para ilmuwan AS, kasus-kasus pertama AIDS--yang waktu itu belum diberi nama AIDS, melainkan gay syndrome karena dilaporkan menjangkiti komunitas pria homoseksual--jutru ditemukan tahun 1981 di New York dan California.
Keputusan dewan juri Hadiah Nobel Kedokteran tahun ini memang agak aneh karena separuh hadiahnya diberikan kepada Harald zur Hausen yang meneliti HPV atau human papilloma virus, salah satu penyebab utama kanker leher rahim. Sementara Montagnier dan Barre-Sinoussi memperoleh separuh sisanya sehingga harus dibagi di antara mereka berdua. Dari besaran masalah yang ditimbulkannya, jelas HIV jauh lebih besar ketimbang HPV. HIV juga lebih serius dibanding bakteri Helicobacter pylori, penyebab tukak lambung dan tahun 1994 diakui WHO dapat menyebabkan kanker--yang tahun 2005 mengantar Barry J Marshall dan Robin Warren memperoleh Nobel Kedokteran.
Seharusnya Panitia Nobel Kedokteran memberikan penghargaan lebih awal dan secara utuh (tidak dibagi separuh kepada temuan virus lain) kepada Montagnier dan dua asistennya. Selain Barre-Sinoussi, sebenarnya peran Jean-Claude Chermann juga amat menentukan dalam penemuan lymphadenopathy-associated virus (LAV), nama awal HIV versi Montagnier. Dinamakan LAV karena virus itu dibiakkan dan diambil pada tanggal 3 Januari 1983 dari cairan kelenjar getah bening (limfa) yang membenjol di leher seorang perancang busana Paris bernama Frederic Brugiere. Pria homoseksual berusia 33 tahun ini mengaku melakukan hubungan seks sejenis dengan 50 orang pria dalam setahun, dan tahun 1979 ia berfoya-foya di kota New York.
Kependekan nama Brugiere, BRU, menjadi begitu terkenal dalam silang sengketa antara Montagnier versus Gallo karena sampel virus berkode BRU pernah dikirim oleh Institut Pasteur Paris ke laboratorium Gallo, dan ternyata oleh Gallo virus itu kemudian dibiakkannya dan tanggal 24 April 1984 diklaim sebagai virus penyebab AIDS temuannya. Waktu itu Gallo masih menamakannya HTLV (Human T Lymphotropic Virus) III karena menganggapnya masih serumpun dengan HTLV I dan II, dua tipe retrovirus penyebab leukemia yang ditemukannya menyusul kematian adik perempuannya akibat leukemia. Berkat publisitas yang gencar, masyarakat AS dan dunia waktu itu percaya bahwa penemu virus penyebab AIDS adalah Gallo dan timnya.
Sudah diramalkan
Dalam tulisan "Dua Kemenangan Montagnier" (Kompas, 5/1/1993) sudah diungkapkan betapa pada Mei 1983 Montagnier dan timnya sudah memublikasikan bahwa mereka berhasil mengisolasi LAV yang diduga menjadi penyebab AIDS di jurnal Science. "Tentu saja terjadilah pertarungan gengsi untuk memperoleh pengakuan dunia, siapa yang pertama kali menemukan virus penyebab AIDS. Karena bukan mustahil sang penemu nantinya akan memperoleh Hadiah Nobel bidang Kedokteran." Ramalan Kompas bahwa Montagnier dan timnya amat pantas memperoleh Nobel Kedokteran, sementara peluang Gallo justru sudah pupus (Kompas, 21/11/1993) terbukti benar!
Setelah tujuh tahun terjadi "duel transatlantik" (istilah majalah Time 20/5/1991), akhirnya memang Montagnier-lah yang dikukuhkan sebagai penemu HIV. Pengakuan itu justru diberikan oleh NIH, tempat Gallo bekerja. Gallo sendiri malah divonis Badan Integritas Riset (ORI) yang dibentuk Depkes AS melakukan manipulasi ilmiah (scientific misconduct). Namun, dalam pengadilan banding 12 November 1993, Gallo dinyatakan tidak bersalah oleh Panel Banding Integritas Riset (RIAP). Tak urung reputasi keilmuwanan Gallo sudah telanjur hancur.
Yang jelas, sejak awal praduga Gallo tentang HIV itu serumpun dengan HTLV I dan II yang menyebabkan limfosit berkembang liar menjadi leukemia sudah salah karena Montagnier dan timnya justru mengamati bahwa LAV atau HIV justru membunuh sel-sel limfosit yang diinfeksinya. Sel-sel inang itu terlihat "bunuh diri" atau lazim disebut fenomena aptosis.
Pelajaran yang dapat dipetik dari drama penemuan HIV adalah bahwa integritas ilmiah modal utama ilmuwan. Genius saja seperti Gallo ternyata tidak cukup. Namun, betapapun Gallo tetap berjasa, meletakkan anak tangga temuan teknik isolasi dan perbanyakan retrovirus sehingga Montagnier dan timnya dapat menapak anak tangga kemajuan ilmu berikutnya.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/08/22231489/akhir.drama.penemuan.hiv

Penemu HIV dan HPV Berbagi Nobel Kedokteran 2008


Penerima Nobel Kedokteran 2008 (dari kiri ke kanan) Harald zur Hausen, Francoise Barre-Sinoussi, dan Luc Montagnier.

KOMPAS Selasa, 7 Oktober 2008 | 00:45 WIB
STOCKHOLM, SENIN — Tiga orang ilmuwan Eropa berbagi penghargaan Nobel Kedokteran 2008 yang diumumkan di Stockholm, Swedia, Senin (6/10). Masing-masing dua peneliti Perancis, Francoise Barre-Sinoussi dan Luc Montagnier, serta seorang peneliti Jerman, Harald zur Hausen.

Mereka dinilai besar dalam kontribusinya mendeteksi penyebaran virus penyakit mematikan yang menyerang manusia saat ini. Francoise Barre-Sinoussi dan Luc Montagnier adalah penemu virus HIV (human immunodeficiency virus), sementara Zur Hausen adalah penemu HPV (human papillioma virus) yang menyebabkan kanker leher rahim.

Dalam pengumumannya, Komite Nobel menyatakan bahwa penemuan Barre-Sinoussi dan Montegnier merupakan landasan utama untuk memahami sifat biologi penyakit AIDS dan cara pengobatannya. Hasil penelitian keduanya pada awal tahun 1980-an membuat penelitian virus semakin berkembang pesat.

"Kombinasi antara penemuan dan pengobatan berhasil menurunkan penyebaran penyakit dan benar-benar meningkatkan harapan hidup penderitanya," demikain kesimpulan yang diambil komite tersebut.

Demikian pula dengan temuan Zur Hausen bahwa HPV tertentu menyebabkan kanker leher rahim yang saat ini merupakan jenis kanker pembunuh kedua di dunia. Penemuan tersebut membuat pembuatan obat dan vaksin tepat sasaran. Mereka berhak mendapatkan hadiah total 10 juta kronor atau setara dengan Rp 13,4 miliar. Hadiah tersebut akan dibagi empat, masing-masing untuk ketiga peneliti dan untuk Pusat Riset Kanker Jerman (GCRC) di Heidelberg.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/07/00453072/penemu.hiv.dan.hpv.berbagi.nobel.kedokteran.2008

Senin, 06 Oktober 2008

RESPON MAHASISWA PAPUA JOGJAKARTA TERHADAP WABAH DIARE-KOLERA DARI KAB.NABIRE, DOGIYAI, PANIAI HINGGA TIMIKA


Jogjakarta,Senin 06 oktober 2008
Jogja(BA-PA),Kejadian luar biasa yang melanda pegunungan tengah Papua antara lain wilayahn lemba kamuu, kabupaten Nabire dan Desa Kebo kabupaten Paniai serta beberapa daerah di sekitarnya terjadi kasus penyakit (wabah) diara-kolera. Sejak 6 April 2008 sampai saat ini, dimana telah menelan nyawa 355 orang dewasa dan anak-anak dan ini bukan karna factor kebersihan saja tetapi ada factor lain yang menyebabkan itu.Menanggapi hal ini Mahasiswa Papua jogjakarta yang di dominasi mahasiswa Paniai dan Nabire yang ada di Jogjakarta dengan menamakan diri SOLIDARITAS PELAJAR/MAHASISWA PEDULI HIDUP SEHAT MASYARAKAT PRIBUMI PAPUA dengan kordinator aksi Emanuel Gobay, pada 6 oKtober 2008 mengadakan aksi turun jalan dengan melakukan orasi dari depan kantor DPRD propinsi Jogjakarta, menuju Kepatihan (kantor Gubernur Jogjakarta) lalu berakhir di depan perempatan kantor pos pusat. Mahasiswa nyatakan keprihatinan dan meminta kepada Bupati Nabire, Bupati Paniai, Bupati Dogiyai, Gubernur Propinsi Papua, serta pemerintah pusat agar :
1. Mengambil Langka pro aktif segera dangan mengirim tim medis yang propesional ke lapangan untuk melakukan pengobatan bagi masyarakat yang menderita di tempat kejadian/wabah tersebut;
2. Melakukan tindakan pemulihan atas segala dampak buruk baik fisik, mental, dan social yang ditimbulkan oleh wabah tersebut. Juga tindakan pencegahan, misalnya berupa pelatihan SAR kepada rakyat di kedua kabupaten supaya apabila terjadi lagi di kemudian hari maka, masyarakat sudah siap untuk menanganinya sendiri.
3. Membangun infrastruktur kesehatan baru di daerah-daerah terpencil di papua lengkap dengan tambahan tenaga medis,bukan hanya untuk mengatasi penyakit yang sudah ada, tapi bersifat pencegahan dengan memberikan pendidikan-pendidikan pola hidup sehat;
4. Tidak menyibukkan diri dengan pemekaran dan jabatan politik semata, melaikan memberikan pelayanan kesehatan bermutu seperti diperintahkan pasal 59 UU no.21/2001 tentang Otsus dan system kesehatan pangan yang mendukung terjaminnya gizi yang baik;
5. Mengkaji/menyelidiki mendalami tentang penyebab sesungguhnya dari wabah diare-kolera ini dan hasilnya diumumkan kepada masyarakat luas agar dapat menghentikan segala praduga dan kecemasan yang sedang berkembang.
Kepada Tokoh agama, tokoh adat,tokoh perempuan dan tokoh pemuda serta seluruh lapisan masyarakat agar turut mendesak pemerintah agar Memberikan layanan kesehatan gratis dan berkualitas untuk rakyat Papua !!!
Setelah turun ke jalan mahasiswa Paniai nabire melakukan evaluasi kegiatan di asrama mahasiswa papua Jl.kusumanegara 119. Mahasiswa akan menungguh respon dari pemerintah terhadap kasus ini jika tidak ada respon dari pemerintah maka mahasiswa akan mengadakan aksi yang lebih besar lagi sampai ada respon dari pemerintah daerah maupun pusat. Dengan bantuk aksi turun jalan atau penelitian serta seminar nasional.
Di waktu yang berbedah kami mendapatkan informasi melalui WEB timika (PAPOS) 6 oktober 2008 “-Hingga September 2008, telah terjadi 990 kasus diare yang menyerang penduduk yang bermukim di pesisir selatan Kabupaten Mimika diantaranya di Kekwa Distrik Mimika Tengah, Mapurujaya Distrik Mimika Timur, Manasari Distrik Mimika Timur Jauh, Fakafuku Distrik Agimuga dan Noema serta Wapu Distrik Jita, Wakia Distrik Mimika Barat Tengah dan juga Umpliga Distrik Jita. Dari 990 kasus diare tersebut, tercatat 30 orang dinyatakan meninggal dunia”
Dan kagetnya lagi ternyata wabah ini sudah memasuki kabupaten timika, apakah nantinya akan mewabah di seluruh papua.
Kalau di cermati ada faktor keterlambatan penanganan yang di lakuakan oleh pemerintah membuat kasus ini semakin bertambah dan banyak jiwa yang meninggal. Ada banyak alasan yang di ambil pemerintah untuk membelah diri seperti faktor geografis, ketiadaan transportasi dan alasan lainnya yang masuk akal tetapi sebenarnya berbohong. Dan Pemerintah lebih memilih mengurusi Pilkada, caleg,partai dan persoalan-persoalan lain yang sebenarnya itu bukan perioritas pertama.Pihak gereja, LSM dan masyarakat sudah melakukan hal-hal yang bisa dilakukan sesuai kemampuannya tetapi kenapa pemerintah tidak maksimal melihat kasus ini, di mana kepemimpinanmu, dimana harga dirimu, dimana tanggungjawabmu. Kami tunggu saja, semoga pemerintah akan mempu menjawab tuntutan rakyatnya.(Mdxp)

Rabu, 01 Oktober 2008

INFORMASI ADALAH PENAWAR PENCEGAHAN HIV


Selasa, 30 September 2008

Jogja (BA-PA), Selasa, 30 September Informasi dasar HIV dan AIDS kembali disampaikan di Jogjakarta dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru yang di lakukan Mahasiswa Tolikara kordinator Wilayah Jogjakaarta dengan 40 mahasiswa baru dan yang lama kurang lebih 40 mahasiswa. Dengan penambahan mahasiswa baru maka jumlah mahasiswa Papua asal Tolikara di jogjakarta mencapai kurang lebih 120 mahasiswa/i. Waktu pelaksanaan ini di mengambil pada waktu libur kampus dalam rangka lebaran sehingga mahasiswa bisa bebas, bertempat di Gedung Meeting wisma Immanuel jl. gejayan. Kegiatan yang di mulai dari jam 08.00 WIB dengan perkenalan di lanjutkan dengan materi Pengenalan kampus, Moral, Manajemen Organisasi dan pada jam 14.00 sampai jam 15.00 Wib penyampaian materi HIV dan AIDS dasar oleh medex pakage mewakili Yayasan Binterbusih berupa : HIV dan AIDS bisa tertular melalui : 1. Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) 2. menggunakan jarum suntik yang tidak steril atau bekas. 3.Dari ibu yang positif HIV kepada bayinya melalui proses hamil, melahirkan dan menyusui (ASI). HIV dan AIDS tidak tertular melalui : 1. Gigitan nyamuk, 2. keringat, sentuhan, pelukan ataupun ciuman' 3. berenang bersama, 4. memakai kamar mandi (toilet) bergantian, 5. memakai alat makan bersama. Pencegahan penularan HIV dan AIDS : 1. Jika belum menikah tetap harus puasa seks/ tidak melakukan hubungan seks. perzinahan, dalam ajaran agamapun di catat sebagai dosa. 2. harus tetap setia dengan pasangan anda, jangan ganti-ganti pasangan. 3. kalau tidak bisa tahan dalam melakukan hubungan seksual, harus pakai kondom. 4. hindari penggunaan jarum suntik yang tidak streril. 5. informasi hiv dan aids yang maksimal.
Dan perlu di ingat bawah tanpa informasi yang terus menerus mengenai HIV maka kasus demi kasus akan terus terjadi, karna banyak individu maupun kelompok belum mengetahui hal ini dengan baik dan benar. Salah satu kekuatan adalah informasi, yang bisa di kemas dalam bentuk apa saja sehingga memudahkan masyarakat lebih familiar dan mudah di mengerti.
Pada akhir pertemuan jam 17.00 wib dilakukan ibadah bersama yang dipimpin oleh Pdt Yusak Adii STh,MDiv, mengingatkan kepada mahasiswa baru bahwa kota Jogjakarta adalah kota misterius yang menawarkan segala sesuatu secara terbuka kepada mahasiswa. Kepada mahasiswa hati-hati dengan segala penawarkan yang ditawarkan secara bebas karna akan membuat kita terjerumus kepada kesensaraan. Fokuslah kepada tujuan kuliah dan jagalah tubuhmu agar tetap kudus.(Mdxp)

Selasa, 30 September 2008

“ KITA DIPILIH DAN DIUTUS UNTUK MELAYANI”


Jogjakarta, 29 september 2008

Jogja (BA-PA), bertempat di wisma UKDW kaliurang Jogjakarta, senin 29 September 2008 PD Korintus (Persekutuan Doa Korintus ) Papua Jogjakarta mengadakan Ulang tahunnya yang ke 13 dan perberkatan kepengurusan yang baru dan lama. Menurut sesepuh PD Korintus bpk Hansen Maniburi yang di temani ibu Maniburi menyatakan korintus mempunyai pengalaman yang panjang dengan suka maupun duka pada masa kaka-kaka kalian memulai di tahun 1995 hingga sekarang bisa di pimpin oleh seorang ketua baru lagi. Bapak bangga, korintus masih jalan trus dan dapat mengadakan acara syukuran ulang tahun ke 13. kami sebagai orang tua bangga karna anak-anak bisa melatih diri di organisasi dan juga dapat menguatkan iman dalam kegiatan-kegiatan seperti ini. harapan ketika pulang ke papua anak-anak tidak akan kaget di dunia kerja tetapi anak-anak punya pengalaman yang bisa diterapkannya.
Pada kesempatan itu Bapak Pdt Lennis Kogoya yang di percayakan menyampaikan renungan syukuran dan juga memberkati Kepengurusan lama sdri Tia Delima yang di angkat ketika sdri stany miranti haurisa yang waktu itu menjadi ketua pulang ke papua karna sudah mengelesaikan study S1 di kampus UGM. Lalu Pdt Kogoya melanjutkan dengan kepengurusan yang baru yang di pimpin oleh seorang wanita lagi (Febby). Ada pesan penting yang di sampaikan oleh pdt lennis kogoya yang juga mahasiswa pascasarjana di STTI (sekolah Tinggi Theologi Injili) Jogjakarta mengemukakan kita kejogjakarta karna sudah dipilih untuk melayani dengan cara menjadi seorang mahasiswa, jadi saudara ada di kampus untuk melayani dan oleh sebab itu layanilah Tuhan dengan tulus dan murni, Seperti tema “ Kita di pilih dan diutus untuk melayani” .
Setelah acara perayaan ibadah dan pelantikan di lanjutkan dengan acara santai berupa games cerdas cermat Alkitab (CCA) agar melatih teman-teman kemampuan akan isi alkitab, ingat ada hadianya demikian di sampaikan oleh febby yang memanduh acara CCA dan games-games lainnya.dan Di lanjutkan dengan foto-foto bersama. (mdxp)

Minggu, 28 September 2008

GUBERNUR PAPUA AKHIRNYA TIDAK MENGUNJUNGI JOGJAKARTA


Jogjakarta, 28 September 2008

Jogja(BA-PA),Waktu yang di tunggu-tunggu oleh masyarakat , mahasiswa dan pelajar Papua boleh terjawab dengan akan hadirnya bapak gubernur Papua Barnabas Suebu di Jogjakarta pada jumat, 27 september. Sayangnya pertemuan dan kunjungan ini bukan untuk mengunjungi masyarakat, mahasiswa dan pelajar di Jogjakarta yang kurang lebih ada 4000 orang lebih. walaupun yang sering mengundang bapaknya (Gubernur Papua) demikian di ungkapkan Onesimus kambu ketua IPMAPA (Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua) Jogjakarta di kostnya beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan kali ini Gubernur Papua berencana akan mengunjungi Jogjakarta untuk menandatangani MOU dengan Universitas Atma Jaya Jogjakarta pada tanggal 26 atau 27 agustus 2008 di Kampus Univ. atma jaya Jogjakarta (UAJY) Kampus III Jl.babarsari No.44. mengenai tugas belajar bagi pegawai Negeri sipil (PNS) propinsi Papua demikian di ungkapkan oleh salah satu dosen atma jaya fisip ibu meylani yo. Namun sayangnya setelah Panitia pelaksana dies Natalie UAJY ke-43 yang juga mengundang guburnur Papua dalam penandatangan MOU ini menginformasikan bahwa bapak gubernur Papua tidak bisa tiba di Jogjakarta karna ada kesibukan lain.
Pada tempat yang terpisa di hari jumat 26 september, onesimus kambu mengundang setiap ketua paguyuban dari setiap kabupaten untuk berkumpul dalam memberikan respon terhadap kedatangan Guburnur Papua tersebut. Namun sayangnya setelah IPMAPA berkumpul dan mendapatkan informasi dari panitia pelaksana dies natalis UAJY bahwa bapak barnabas suebu tidak bisa datang ke Jogjakarta, maka perkumpulan IPMAPA itu akhirnya membubarkan diri dari asrama mahasiswa Papua Kamasan I Jl.kusumanegara 119 jogjakarta.
Pada acara dies natalis ke 43 ini panitia pelaksana lebih memberikan kepercayaan penuh kepada kawasan wilayah timur khususnya dari Papua. KOMAPA atau Komunitas Mahasiswa Papua atma Jaya JogjakartaI yang beranggotakan kurang lebih 80 mahasiswa untuk memberikan dukungan dalam kegiatas dies ini berupa, mendirikan /membuat stand Papua untuk mempublukasikan budaya Papua, yang mana kegiatannya di selenggarakan pada tanggal 22-26 september bertempat di alaman UAJY Kampus III JL. Babarsari No. 40 sedangkan jumat 26 sepetember jam 17.00 -19.30 wib mengisi prosesi misa syukuran dies natalis dengan tradisi Papua misalnya lagu-lagu Papua, doa dengan menggunakan beberapa suku bahasa Papua, persembahan di iringi dengan tarian Papua, paduan suara (Koor) Papua. Dimana Misa Syukur dies natalies ke-43 di pimpin oleh Romo Pius Riana Prapdi, Pr dengan bacaan injil Lukas 5 : 1-11 dan memberikan judul Mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.
(medexp)

KETIDAKPERCAYAAN MAHASISWA TERHADAP PEMDA PANIAI


Jumat, 26 sepetemebr 2008

Jogja (Bangkit Papua- BA-PA), Pemerintah kebupaten paniai menjadi harapan dan tumpuhan terakhir bagi mahasiswa dalam proses menyelesaikan study, yang ada di Papua, Sulawesi dan pulau Jawa. Perjuangan demi perjuangan di lakukan oleh mahasiswa paniai yang ada di setiap kota study untuk bisa berkomunikasi secara langsung maupun via telepon atau SMS tetapi tidak menemukan informasi dan jawaban yang jelas mengenai permasalahan mereka dari pihak pemerintah, demikian di sampaikan oleh beberapa mahasiswa paniai pada buku tamu dalam situs resmi kabupaten paniai (http://www.paniai.go.id), bakan di dalam isi buku tamu pada beberapa waktu lalu, ada beberapa pengunjung yang mengancam dengan menulis bawah akan merusak/error situs resmi paniai itu. Dan pada hasil pantauan BA-PA pada hari jumat 26 september jam 19.55 wib dengan mengunjungi situs paniai dan ternyata tidak bisa terakses dan hanya ada tulisan, “informasi: website ini Dalam Perbaikan Contact: info@paniai.go.id “. Dan benar situs resmi paniai ini tidak bisa di akses dan sedang di perbaiki sesuai dengan pesannya itu.
Mahasiswa yang berada diJogjakarta sudah melakukan hal yang sama dengan menanyakan informasi beasiswa yang di janjikan pemerintah daerah Paniai melalui bagian HUMAS yang di publikasikan melalui situs resmi kabupaten paniai. Informasi yang di peroleh dari mahasiswa, mereka hanya mengharapkan transparan informasi beasiswa yang dijanjikan pemerintah kabupaten Paniai itu dan kapan di realisasikan kepada mahasiswa mengingat kebutuhan perkuliahan misalnya bayar SPP tetap, bayar KRS, bayar praktek kerja, membeli buku penunjang mata kuliah dan lain-lain, itu cukup berat bagi mahasiswa yang di latarbelakangi dengan kehidupan keluarga yang tidak mampu sebab banyak mahasiswa yang keluarganya mempunyai pekerjaan sebagai petani tradisional yang hanya bisa menghasilkan hasil panen dikebun untuk kebutuhan sehari-hari saja sehingga untuk membiayai perkulihaan anaknya sudah tidak cukup. Menurut salah satu mahasiswa asal Paniai sdr. Derek Kudiyai yang juga sebagai ketua ikatan pelajar mahasiswa Paniai Nabire (IPMANAP) pada sela-sela kegiatan makrab penyambutan mahasiswa baru Paniai Nabire 2008 di wisma sembada kompleks wisata kaliurang mengemukakan “pemerintah pintar-pintar membedahkan sebuah persoalan artinya dimana mahasiswa memberikan masukan tidak di cap atau di incar sebagai suatu lawan politik atau sebuah lawan dalam sebuah arus birokrasi yang berjalan dikabupaten paniai maupun nabire sehingga kami disini mengharapkan pemerintah juga harus terbuka menerima kritikan dari mahasiswa, dari pihak LSM, masyarakat”. Jimmi Kudiyai, mahasiswa STPMD (Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa) jurusan ilmu pemerintah pada semester VII menambahkan juga, saat ini tim dari Dinas social kabupaten paniai yang rencananya akan menyalurkan beasiswa kepada mahasiswa di tahan oleh beberapa mahasiswa Paniai di kota study Jakarta dan itu sudah beberapa hari. sejak berita ini di input pada hari kamis 25 september jam 23.00 waktu jogja, tim dari Dinas Sosial masih di tahan. Dan menurutnya informasi tim dinas social paniai di tahan karna mahasiswa menuntut penambahan dana beasiswa yang di rencana sebelumnya untuk mahasiswa Tesis S2 Rp.2,5 juta, Mahasiswa S1 tugas akhir Rp.1 juta dan untuk D3 Rp.800 ribu. Dan katanya kota study jogjakartapun akan menolak beasiswa kalau teman-teman mahasiswa di jakarta menolak beasiswa itu, tatapi jika mereka menerima maka kamipun akan menerimanya.
Ketua IPMANAP yang usai mengikuti Kegiatan makrab mahasiswa baru IPMANAP hari pertama yang di hadiri kurang lebih 80 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa baru, panitia dan simpatisan dari kabupaten lain di wisma sembaga kaliurang. dikatakan pada Makrab kali ini panitia lebih memberi pembekalan seputar materi hadaptasi lingkungan kampus, Manajemen Organisasi dan hadaptasi dengan lingkungan kost dan masyarakat. Sesuai dengan tema makrab “Datang dengan kosong, pulang membawa bekal demi hari esok” Yang di adakan pada hari kamis dan jumat, 25-26 september 2008. Ketika mahasiswa selesai nanti ada yang akan menjadi pemimpim daerah yang bisa membuat suatu perubahan terhadap daerahnya misalnya untuk Paniai maupun Nabire. Proses study yang di lakukan mahasiswa di kampus akan melengkapi dirinya sehingga dapat menjadi lebih baik dan ahli di bidang studynya, bukan sekedar selesai dan mempunyai gelar sarjana saja tetapi bisa bersaing dengan dunia luar sehingga kami tidak akan di sisikan atau di tipu lagi.
Jogjakarta mempunyai banyak tempat pelatihan misalnya kursus computer, bahasa inggris, kursus jaringan, pelatihan wirausaha, pelatihan pendidikan, pelatiahn kepemimpinan, hukum dan masih banyak lagi, semua ini sebenarnya kita bisa dapatkan secara gratis tinggal bagaimana kita bisa bekerja sama dengan lembaga-lembaga penyelenggara pelatiahan itu dengan mendapat fasilitas gratis. Seperti yang biasa di selenggarakan oleh Yayasan binterbusih, study HEMAT atau dari kampus-kampus. Karna untuk mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya mahasiswa sangat sulit, padahal dana otonomi khusus sangat besar. (Medexp)

TOLAK RANCANGAN UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI!!! Dari Jogjakarta


Jogjakarta, 22 september 2008

Jogjakarta (BA-PA),

“ Salam.

YOGYAKARTA UNTUK KEBERSAMAAN (YUK!), yang terdiri lebh dari 150 jaringan masyarakat Sipil di Yogyakarta dengan tegas MENOLAK keberadaan Rancangan Undang-undang Pornografi (RUUP), bukan saja karena subtansi dan isinya yang masih de semangati oleh rancangan undang-undang sebelum (RUUAPP), namun juga karena RUUP BUKAN merupakan jawaban tepat atas permasalahan pornografi yang merajalela di Indonesia, kurang implementatif, dan berpotensi menimbulkan masalah baru di masyarakat.

Perempuan dan anak-anak yang selama ini menjadi objek ekploitasi seksual, bisa jadi akan kembali menjadi korban karena RUUP ini. Meskipun pertunjukan seni dan budaya serta kepentingan adat istiadat dan tradisi yang bersifat ritual telah diakomodir dan di perbolehkan menggunkana materi seksualitas, namun RUUO tetap menggolongkannya ke dalam materi pornografi karena materi seksualitas adalah sala satu definisi pornografi. Bahkan, bisa jadi, Praktek hidup sehari-hari seperti menyusui anak di halaman rumah, mandi di pinggir sungai, sibok-simbok dipasar memakai kain brokat, dll akan dilarang karena RUUP ini. Intinya, masih banyak kekeburan dan kerancuan ise dasar, definisi, serta narasi pada setiap pasal-pasalnya.

YOGYAKARTA UNTUK KEBERAGAMAN (YuK) Menghargai upaya pemerintah dan DPR RI dalam membahas permasalahan pornografi. Namun karena banyak pertimbangan, terutama potensi permasalahan yang akan di timbulkan, terutama potensi permasalahan yang akan di timbulkannya, maka sekali lagi, YOGYAKARTA UNTUK KEBERAGAMAN (Yuk!) menolak rancangan undang-undang Pornografi (RUUP). Terimakasih Wassalam.

RUU Pornografi MELARANG

Ibu-ibu menyusui di halaman rumai!, Lomba binaraga!, Club Ade Rai!, Melarang ibu-ibu senam aerobik!, Simbok-sombok memakai brokat!, Ekstra kulikuler renang!, Orang mandi di sungai !, Tukang becak, petani!, buruh pasar, polidi ngligo!, Mbok damai kerokan di teras!, SPG (Sales Promotion Girl) bekerja!, Olah Raga Volly pantai!, Lomba Panjat pinang!,Pacaran di via SMS!, Cewek-cewek ikut Futsal!, Agung Leak katokan Cendhak!, Pentas dangdut di acara 17-an!, Orang mlaku megal-megol!, Orang berak di sungai !, Jualan BH dan pakaian dalam di pasar!, Abak-anak menonton (kura-kura ninja,spiderman,supermen, Incredible Hulk, Gatot Kaca)!, Creambath dan sp!, Memakai lipstick di depan rumah!, Penggunaan internet!, Dan lain-lain dan lain-lain!”

Di sampaikan oleh Jaringan Masyarakat Sipil Jogjakarta :

IHAP (institute Hak Asasi untuk Perempuan)/ KPI DIY/ Mitra Wacana/ LH DIY/ MERTI YOGYA/ USC satunama/ YPR (yayasan pondok rakyak)/ Teater Garasi/ LKis (Lembaga Kajian Islam and Sosial)/ Jaringan Perempuan Yogya (26 lembaga/komunitas)/ Circle Yogyakarta/ Yaysan Umar Kayam/ KPI sleman/ Yayasan Kampung Halaman/RTND (RumpunTjuk Nyak Din)/ PLU satu Hati (People Like Us)/ PSB (PerhimpunanSerikat Buruh)/ JNP Mahardika/ Forom LSM/ Syarikat Indonesia/ yayasan Anand Krisna/ Aksana Yogya/ HMI/PMII/ SP (solidaritas Perempuan)Kinasih/KKY/FPUB (Forum Persatuan Indonesia)/ Karta Pustaka/ Ikatan Seniman Yogyakarta/ Taring Padi/ Persino (persaudaraan Indonesia)/ Greget UIN/ PMII Komisaris UIN/ Koalisi AJI Damai (60-an lembaga/komunitas)/ UPLINK Yogyakarta (Urban Poor Lingkaje)/ KEBAYA (keluarga Besar Waria Yogyakarta)/ Rumah Seni cemeti/ Yasanti/ YBK (Yayasan Bagong Kusudiarjo)/ TRI TUNGGAL/ Teropong APMD/ Kelompok Kepantingan LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transexual)/ LBH_Ansor/ PKBI (Persatuan Keluarga Berencan Indonesia) DIY/ LP3Y/ Asrama-Asrama Mahasiswa di Yogyakarta/ Diporanno Library/ AWI (Anak Wayang Indonesia) GKJM (Gabungan Kaum Jalanan Merdeka)”

Demikian tulisan selebaran yang di bagikan oleh para penolak RUUP yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat yang kurang lebih mencapai 150 Jaringan Masyarakat Sipil yang melintasi di depan jalan malioboro dan melakukan orasi di depan gedung agung pada Senin, 22 september jam 14.00 wib hingga 17.00 wib. Namun sebelumnya para PENOLAK RUUP (Rancangan Undang-undang pornografi) pada jam 10.00 hingga 12.00 wib telah melakukan orasi di depan kantor DPRD Jogjakarta jalan malioboro.

Pada orasi yang di lakukan di depan gedung agung Jogjakarta, Ada orasi yang di lakukan oleh salah satu masyarakat dari perwakilan Kalimantan dengan menganjam pemerintah SBY ”kalau Rancangan Undang-Undang tetap di sahkan maka kami Kalimantan siap memisakan diri dari NKRI karna kami orang Kalimantan hidupnya di sungai”. Peserta yang kurang lebih 1.000 orang ini dengan damai melakukan demonya yang di kawali pihak Polisi Jogjakarta hingga pada jam 17.00 wib, dimana peserta demo melakukan pembubaran setelah melakukan doa bersama pada akhir demo itu.

Papua mempunyai ancaman terbesar jika Rancangan Undang-Undang Pornografi ini di sahkan, orang yang tadinya memakai pakaian adat, koteka, cawat, santai dengan tidak memakai baju di depan rumah, mandi di pantai, tangkap ikan di laut, tarian adat dan mungkin masih banyak lagi. Hal ini akan mencegah kita melakukan itu, dan jika tidak maka ada sangsinya. Namun ada hal lain yang di tuliskan juga dalam Rangcangan Undang-Undang Pornografi adalah :

1. Mempertontonkan alat kelamin di muka umum (Pasal 4 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5

tahun. Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
2.Mempertontonkan pantat di muka umum (Pasal 4 ayat 2) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5

tahun. Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
3. Mempertontonkan payudara di muka umum (Pasal 4 ayat 5) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5

tahun. Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
4. Sengaja telanjang di muka umum (Pasal 5 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 2 tahun - 6 tahun Denda :

Rp 100 juta - Rp 300 juta
5.Berciuman bibir di muka umum (Pasal 6) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5 tahun Denda : Rp 50

juta - Rp 250 juta
6.Menari erotis atau bergoyang erotis di muka umum (Pasal 7 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun

- 5 tahun Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
7.Melakukan masturbasi atau onani dimuka umum (Pasal 8 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun –

5 tahun Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
8.Melakukan hubungan seks di muka umum (Pasal 9 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 2 tahun - 10

tahun Denda : Rp 100 juta - Rp 500 juta
9.Melakukan hubungan seks dengan anak-anak (Pasal 9 ayat 2) Ancaman pidana Penjara : 2 tahun - 10

tahun Denda : Rp 100 juta - Rp 500 juta
10.Menyelenggarakan acara pertunjukan seks (Pasal 10 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 3 tahun - 10

tahun Denda : Rp 100 juta - Rp 1 milyar
11.Menyelenggarakan pesta seks (Pasal 10 ayat 3) Ancaman pidana Penjara : 3 tahun - 10 tahun Denda

: Rp 100 juta - Rp 1 milyar
12.Menonton acara pertunjukan seks (Pasal 11 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 6 bulan - 2 tahun

Denda :Rp.25 juta - Rp.100 juta.
13.Menyediakan dana atau tempat untuk melakukan kegiatan pornoaksi (Pasal 12 ayat 1 dan ayat 2)
Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5 tahun Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta

Apa jawaban anda untuk RUUP ini MENDUKUNG Atau MENOLAK, Hal-hal ini akan membuat pola hidup masyarakat akan terus berubah sesuai dengan tuntutan yang ada.(medex)

Senin, 22 September 2008

Kompas : AIDS, Awas Daerah Pedalaman

samuel oktora dan b josie susilo hardianto


Kasus HIV/AIDS saat ini kian mengkhawatirkan. Penyakit mematikan itu menjadi momok bagi warga Papua. Bahkan kini penyebarannya ditengarai sudah merambat jauh ke pedalaman, bukan hanya di kota.

Mengejutkan! Data terakhir 30 Juni 2007 yang dikeluarkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Dinas Kesehatan Nabire menyebutkan, di kabupaten itu tercatat 420 kasus HIV. Dari jumlah itu, 392 orang terkena AIDS, dan 28 orang positif terinfeksi HIV.

Pengidap paling banyak rata- rata di usia produktif, yaitu 20-29 tahun. Di wilayah Papua, posisi Nabire kini berada di peringkat ketiga setelah Mimika dan Merauke. Sebelumnya, Nabire masih di bawah Biak.

Penyebaran dan peningkatan drastis kasus HIV membuat warga suku Mee di Desa Bomomani, daerah pedalaman di Distrik Mapia, Nabire, pun semakin khawatir jika suku mereka "dihabisi" penyakit itu. Sebagai catatan, suku Mee sendiri berdiam di dataran Kamu dan Mapia, jauh di pegunungan. Bomomani berada di daerah pegunungan yang jaraknya 185 kilometer dari Kota Nabire, dengan ketinggian sekitar 1.493 meter di atas permukaan laut (dpl). Saat ini jumlah penduduk Desa Bomomani 411 keluarga atau 1.700 jiwa.

"Indikasi penyebaran HIV/AIDS di daerah pedalaman seperti Bomomani cukup kuat. Hal itu bisa dilihat dari kehidupan seks bebas yang tampaknya kian meluas. Menurut umat, ada yang SD atau SMP sudah terlibat seks bebas," tutur Pastor Paroki Maria Menerima Kabar Gembira Bomomani Romo Yohanes Ferdinand.

Menurut Romo Ferdinand, salah satu faktor penyebab merebaknya seks bebas di pedalaman adalah karena anak-anak perempuan di kawasan itu mudah terpesona dengan bujuk rayu dan iming-iming uang/harta.

"Itu karena faktor kemiskinan orangtua yang tak mampu memenuhi kebutuhan anak, maupun sekolahnya. Ketika datang laki-laki dengan rayuan uang, bahkan cuma Rp 20.000, anak- anak perempuan di sini mudah terbujuk," ungkap Romo Ferdinand.

Untuk membendung arus penyebaran HIV/AIDS di daerah pedalaman, Romo Ferdinand akan berusaha kembali menegakkan aturan-aturan adat. Langkah itu mendapat dukungan warga. Sebab, mereka khawatir lancarnya lalu lintas Nabire-Bomomani-Moanemani-Waghete-Enarotali akan menambah cepat persebaran kasus HIV/AIDS.

Tokoh masyarakat Desa Bomomani Amandus Iyai juga prihatin dengan merebaknya kasus HIV/AIDS hingga ke pedalaman. "Padahal, para tokoh adat, pemimpin agama, maupun pemerintah tak kurang dalam memberikan sosialisasi dan nasihat. Tapi memang remaja dan pemuda sekarang makin sulit diatur," katanya.

Menurut dia, aturan adat dan pengajaran agama sebenarnya sangat kuat. Warga pun umumnya taat. Akan tetapi, pengaruh dari kota juga kuat, termasuk dari anak-anak pedalaman yang sering turun ke kota.

Untuk itu, Iyai meminta instansi terkait seperti petugas puskesmas, rumah sakit, dan dinas kesehatan tidak merahasiakan identitas atau keberadaan pengidap. Bahkan, mereka minta supaya pengidap HIV/AIDS dikucilkan atau dilokalisasi.

"Kami ini amat awam soal AIDS. Kami tak mengetahui bagaimana caranya menangani mereka (pengidap), sehingga lebih baik pemerintah membangun satu tempat khusus untuk mereka, dan indentitasnya juga jangan dirahasiakan," tutur Iyai.

Meski akan sangat sulit direalisasikan, ketakutan Iyai itu mungkin beralasan. Youth Specialist HIV dan AIDS Project Concern International (PCI) Nabire Krisna Tohariadi menyebutkan, berdasarkan temuan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dari sekian banyak kasus HIV/AIDS, pengidap terbesar adalah suku Mee. Diduga, perilaku seks bebas yang saat ini menjangkiti pemuda-pemudi suku itu menjadi pintu masuk penyebaran penyakit berbahaya itu.

Untuk itulah, PCI terus menggalakkan penyuluhan soal pencegahan HIV/AIDS di pedalaman. PCI adalah lembaga yang bergerak dalam bidang kesehatan dan membantu pemerintah dalam memfasilitasi pencegahan kasus HIV dan AIDS di Nabire, Paniai, dan Sorong. Salah satu programnya adalah pelatihan bagi remaja luar sekolah.

Menurut Tohariadi, upaya yang sekarang intensif dilakukan bersama Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Nabire adalah memberikan informasi dasar tentang HIV/AIDS kepada 40 remaja luar sekolah di Gereja Maria Menerima Kabar Gembira Bomomani, Rabu (15/8).

"Remaja luar sekolah itu kelompok paling rentan terkena HIV/AIDS," ucap Youth Specialist HIV dan AIDS PCI Nabire itu.

Faktor pendidikan

Sementara itu dari pandangan siswa SMA, seperti yang dikemukakan Auvince Wenda dan Albertha Madai, siswa kelas XI SMA Adi Luhur Nabire, penyebaran HIV/AIDS yang makin memprihatinkan di Papua salah satu faktornya adalah pendidikan yang rendah.

"Dengan pendidikan rendah, mereka mudah terpengaruh lalu terjerumus ke seks bebas," ungkap Wenda. Wenda juga mengharapkan pemerintah atau instansi berwenang menertibkan kerumunan atau kumpulan anak-anak muda, terutama pada waktu malam hari. Sebab dari aktivitas itulah biasa berujung seks bebas.

"Ada juga karena faktor ekonomi. Orangtua tak mampu, lalu anak-anak putus sekolah," katanya.

Madai kemudian bercerita kasus temannya. Karena orangtua tidak mampu, teman itu bekerja mencari uang. "Ia lalu sering tidur di rumah temannya, entah itu laki-laki atau perempuan," ujar Madai.

Pengajar SMA Adi Luhur Nabire Adolf Bramandita AN mengatakan, perilaku seks bebas di kalangan remaja dan pemuda Nabire amat memprihatinkan. Mereka berbuat itu tak mengenal tempat. Termasuk apa yang pernah dilihatnya di depan jendela rumahnya.

"Halaman di depan rumah saya itu seperti lokasi pendaratan UFO saja. Begitu lampu saya matikan, mereka bubar," kata Bramandita.

Menurut Bramandita, fenomena seperti itu karena adanya problem identitas pribadi akibat pola kehidupan yang tidak terkontrol dengan baik. Salah satu kasus adalah kehidupan keluarga yang orangtuanya menikah lagi, sehingga kontrol terlepas pada anak-anaknya.

"Untuk itu, ia mengusulkan dibangunnya indentitas pribadi remaja pedalaman. Salah satu cara yang coba dilakukan di sekolah Bramandita adalah dengan kegiatan ekstra kurikuler tentang HIV/AIDS sejak tahun 2005.

"Kami juga akan mengadakan seminar yang diselenggarakan oleh anggota ekskul tersebut, dengan mengundang peserta dari sekolah lain. Kami juga akan mengajukan proposal ke KPAK, sejauh mana respons mereka. Sebab, tentunya, dari dana APBD diprioritaskan untuk penanggulangan HIV/AIDS," kata Bramandita.

Upaya yang dilakukan Bramandita dan kawan-kawan tentu saja tidak akan bisa segera menyelesaikan soal। Pemerintah, gereja, dan aktivis kesehatan tentu harus bahu-membahu....

http://www.aidsindonesia.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=846&Itemid=134

Jumat, 19 September 2008

Buah Merah Papua Tak Mampu Matikan Virus HIV

JAYAPURA, JUMAT - Buah merah yang banyak tumbuh di dataran tinggi Papua tidak memiliki efek yang dapat mematikan virus HIV dalam tubuh seseorang, demikian pernyataan resmi Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, dr Nafsiah Mboi Sp.A.
“Dari hasil penelitian, buah-buahan dan sayur-sayuran yang berwarna merah mengandung anti oksidan yang berperan meningkatkan daya tahan tubuh. Meskipun begitu, buah merah tidak bisa membunuh virus HIV,” tegas Nafsiah di Jayapura, Jumat (23/11).

Nafsiah mengungkapkan, informasi di kalangan masyarakat Papua yang menyebutkan buah merah dapat mengobati virus HIV dan penyakit AIDS merupakan informasi yang menyesatkan, bahkan dinilai sebagai bentuk pembohongan terhadap publik.

Seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, tetap dianjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan berpola hidup teratur agar daya tahan tubuhnya tidak menurun. Selain itu, yang bersangkutan harus rutin mengkonsumsi obat Anti Retro Viral (ARV) untuk menghambat laju pertumbuhan virus HIV dalam tubuhnya.

Terkait dengan peningkatan kasus HIV/AIDS di Papua yang sangat signifikan dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, Nafsiah mengatakan masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelamatkan Papua dari ancaman kepunahan.

Nafsiah memaparkan data KPA Nasional tentang kelompok yang paling beresiko tinggi tertular HIV/AIDS yakni pengguna narkoba suntik, Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya, kaum homoseksual, serta warga binaan Lembaga Pemasyarakatan.

Khusus di Papua, katanya, pengguna narkoba suntik prosentasenya sangat minim yang hanya terdapat di Kota Jayapura dan Sorong. Demikian pun dengan kelompok PSK di Papua jumlahnya tidak signifikan. Kelompok ini bisa diberi pembinaan untuk menggunakan kondom saat melakukan transaksi seks dengan pelanggannya.

“Sebetulnya kita bisa mengatasi kasus HIV/AIDS di Papua. Kuncinya terletak pada kita semua, kita tidak boleh hipokrit, munafik dan memfitnah orang lain. Kita semua baik orang Papua maupun pendatang sama-sama bertanggung jawab untuk menyelamatkan Papua,” kata Nafsiah. (ANT/wsn)

Sumber: http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0711/23/053929.htm

Selasa, 16 September 2008

PEMUTARAN FILM HIV DAN NONTON BOLA BERSAMA



Senin, 15 September 2008

Jogja, (BA-PA), HIV menjadi tantangan bersama di dunia, indonesia dan khusus Papua sehingga pada minggu 15 september jam 17.30 – 18.00 wib bertempat di Asrama kamasan I Jl.kusumanegara No.119 Jogjakarta, di lakukan pertemuan singkat antara Findi duwit, Alber duwit dan Medex Pakage. Untuk membuat pemutaran film hiv di asrama kamasan dengan target peserta dari asrama dan undangan dari teman-teman papua dari luar asrama. Dengan tujuan ada informasi penguatan HIV yang peserta dapati melalui film ini dan melakukan diskusi dari hasil film itu.
Sehingga pada senin, 15 september jam 19.00 wib pemutaran film testimoni ODHA dari papua melalui liputan metro tv dan film Tenius dan Temina dari Yayasan Tangan peduli wamena. Dimana menceritakan tentang bagaimana stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap ODHA sangat tinggi yang membuat ODHA tertekan secara mental dan fisikis. walaupun keadaannya tertekan, mau tidak mau mereka harus berusaha untuk tetap hidup. Ada banyak pola yang harus di ikuti oleh ODHA misalnya minum obat HIV (ART-Antiretroviral Terapi) secara teratur, pola hidup sehat harus tetap di jaga dan tidak ada diskriminasi dan stigma dari lingkungan, dengan demikian harapannya mereka akan tetap sehat dan bisa melakukan aktivitas seperti yang lainya. Pada akhir pemutaran film medex yang juga sebagai aktivis HIV dan AIDS, pada waktu itu sebagai pembicara memberikan informasi penguatan berupa pencegahan terhadap HIV karna hiv di Papua sudah mempunyai kasus yang banyak, data per 31 desember 2007 berjumlah 3629 kasus sedangkan kalau di Jogjakarta berjumlah 13 kasus HIV dan AIDS, sedangkan diseluruh jawa (Jogjakarta, Jakarta, bandung, Surabaya, malang, solo, salatiga dan semarang) mempunyai jumlah 40 kasus HIV dan AIDS, data ini adalah kasus khusus untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat Papua yang Papua asli (komen) dan amber(Non Papua asli) dari tahun 2003.
Walaupun acaranya tanpa pengalas (tikar dan kursi) karna tempatnya di alaman tengah asrama dan tidak ada snack ataupun minum tetapi teman-teman yang kurang lebih 70 orang itu cukup antusias mengikuti proses ini.
Setelah penutupan pemutaran film hiv dan diskusi singkat dilanjutkan dengan acara santai berupa nonton bersama live Pelita jaya VS Persipura jayapura. Menurut salah satu sesepuh asrama Yanto L acaranya baik oleh sebab itu kita boleh membuat jadwal untuk kegiatan-kegiatan seperti ini.
Terima kasih buat dukungan dari teman-teman asrama kamasan I Jogjakarta , alberd duwit untuk leptopnya, Yayasan binterbusih untuk LCDnya dan Rudolf rudamaga sebagai relawan Hiv yang selalu memberikan dukungan (medexp)

Minggu, 14 September 2008

MAKRAB DAN INFORMASI HIV AIDS SANGAT PENTING


Minggu, 14 September 2008.

Jogja (Bangkit Papua/BA-PA), Data kasus HIV dan AIDS Dinas Kesehatan Propinsi Papua per 31 Desember 2007 kabupaten Mimika mencatat sebagai urutan pertama untuk wilayah Papua dengan jumlah 1478 kasus. Data ini memperihatinkan bagi mahasiswa Papua khususnya mahasiswa timika (IPMAMI).
Pada kesempatan kali ini Mahasiswa timika Jogjakarta mencoba menyiapkan diri untuk menjadi kader papua khususnya dari timika. Maka mahasiswa mengambil kesempatan dengan membuat kegiatan Makrab penyambutan mahasiswa baru Mimika. Yang diadakan pada tanggal 13-14 September 2008 hari sabtu dan minggu bertempat di wisma kaliurang-Jogjakarta dengan tema ”Dengan momen IPMAMI JOGLO, mari eratkan tali persaudaraan dan kebersamaan untuk meningkatkan mutu SDM timika”. Pada hari pertam panitia lebih memberikan materi pengenalan akan lingkungan, organisasi, persatuan dan keakrabanan dengan mahasiswa timika maupun dengan paguyuban lain atau dilingkungan non papua. Pada sesi terakhir di hari pertama panitia memberikan kesempatan kepada Yayasan binterbusih yang di wakili oleh Medex Pakage dan Lusy Yarinap dalam menyampaikan informasi dasar HIV dan AIDS dan pemutaran film testimony ODHA dari Papua oleh metro Papua. Informasi yang di sampaikan adalah pengertian HIV dan AIDS, HIV dan AIDS bisa tertular melalui : 1. Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) 2.menggunakan jarum suntik yang tidak steril atau bekas. 3.Dari ibu yang positif HIV kepada bayinya melalui proses hamil, melahirkan dan menyusui (ASI). HIV dan AIDS tidak tertular melalui : 1. Gigitan nyamuk, 2. keringat, sentuhan, pelukan ataupun ciuman' 3. berenang bersama, 4. memakai kamar mandi (toilet) bergantian, 5. memakai alat makan bersama. Pencegahan penularan HIV dan AIDS : 1. Jika belum menikah tetap harus puasa seks/ tidak melakukan hubungan seks. perzinahan, dalam ajaran agamapun di catat sebagai dosa. 2. harus tetap setia dengan pasangan anda, jangan ganti-ganti pasangan. 3. kalau tidak bisa tahan dalam melakukan hubungan seksual, harus pakai kondom. 4. hindari penggunaan jarum suntik yang tidak streril. 5. informasi hiv dan aids yang maksimal. dan bagaimana menjaga alat reproduksi yang baik.
Ada beberapa pertanyaan yang di ajukan peserta yang dihadiri kurang lebihnya 90 peserta. menurut salah satu peserta Jefri bahwa jika bapa atau dan ibunya tertular HIV apakah anaknya dapat tertular HIV ?. di jawab oleh medex pakage yang juga perna menjadi manajer kasus HIV bawah, HIV dapat di cegah penularannya kepada bayi. tetapi jika bapa dan atau ibu yang HIV positif harus mengikuti metode pencegahan ibu ke anak dengan cara, pada proses awal Hubungan seks oleh suami istri untuk mempunyai seorang bayi, harus di ukur dengan masa kesuburan dari istri dan mereka harus mengukur jumlah virus dalam tubuh (test viral road ) untuk memastikan kalau mereka mempunyai jumlah virus yang normal (Viral load dibawah 1000) dan dapat melakukan hubungan seks tanpa kondom. Bila perlu istri (perempuan ODHA) menggunakan ART (antiretroviral terapi) untuk mencegah penularan hiv pada proses pertumbuhan janin melalui plasenta, lalu pada proses melahirkan dia dianjurkan untuk melahirkan secara operasi sesar karna kalau tidak akan mudah tertular pada proses melahirkan secara alami, dan pada saat menyusui dianjurkan untuk tidak menggunakan ASI (air susu ibu). Dengan semua upaya ini, kemungkinan bayi terinfeksi dapat dikurangi jauh di bawah 8 persen.

Pada akhir sesi diskusi HIV, ketua panitia sekaligus sesepuh IPMAMI (ikatan pelajajar mahasiswa Mimika) sdr.Robby Omaleng menyatakan kalau IPMAMI Jogjakarta akan mencoba membuat treaning tentang hiv khusus buat mahasiswa timika, dengan tujuan menyiapkan mahasiswa akan informasi hiv agar bisa membantu masyarakat di timika nantinya dan lebih khusus merekapun akan bisa lebih mengontrol dirinya sendiri. Robby omaleng mahasiswa tugas akhir pada STPMD APMD Jogjakarta juga salah satu penerima beasiswa LPMAK menambahkan persiapan makrab kali ini sudah di lakukan pada beberapa bulan lalu dengan pencarian dana berupa swadaya mahasiswa sebesar Rp.2 juta dan sumbangan dari kas IPMAMI sebesar Rp. 2 juta. Dengan dana sebesar itu kami memberanikan diri untuk membuat kegiatan ini dengan tujuan agar komunikasi antara kita akan tetap di bangun dan ada banyak informasi yang bisa di dapat peserta dengan kegiatan makrab ini. Harapannya juga, pemerintah daerah timika, PT.FI dan LPMAK, LEMASA dan LEMASKO dapat memberikan dukungan kepada mahasiswa timika sehingga pengembangan diri di kampus maupun luar kampus dalam bantuk training-training atau kursus-kursus yang dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa untuk pengembangan kota timika nantinya juga.

Kegiatan makrab pada hari kedua lebih pada keakraban antara peserta dan panitia. Dimana peserta yang terdiri dari mahasiswa timika dan simpatisan dari mahasiswa kabupaten di luar timika dan papua, dengan bentuk kegiatan games dan diskusi seputar organisasi IPMAMI.

Yang terpenting tujuan mahasiswa adalah untuk belajar, oleh sebab itu Hati-hati dengan perilaku yang beresiko anda, sebab akan mempermudah penularan IMS, HIV dan AIDS. karna tujuan dan cita-cita anda masih panjang, demikian disampaikan pada akhir pertemuan oleh Medex.

Terima kasih buat teman-teman pendukung IPMAMI, Yayasan Binterbusih buat proyektornya, Alberd duwit buat leptopnya.(medexp)

Sabtu, 13 September 2008

HIV terkesan bukan perioritas bagi pemerintah Papua

Yang menjadi pertanyaan isu HIV AIDS tidak dilihat sebagai suatu masalah yang serius dan harus di prioritaskan pada urutan atas oleh pemerintah papua. sehingga terkesan hanya di kerjakan oleh mereka-mereka yang memang mempunyai hati untuk isu ini.
Kami sampaikan kalau pemerintah buta alias tidak melihat isu ini dengan baik maka papua akan habis dengan HIV/AIDS pada beberapa waktu ke depan.
Data kasus HIV/AIDS 31 desember 2007 berjumlah 3.629 sedangkan jumlah penduduk papua kurang lebih 2,4 juta jiwa saja. itu jumlah kasus yang cukup besar untuk ukuran penduduk papua. kalo di estimasi jumlah kasus ini maka ternyata akan banyak orang papua yang sudah tertular HIV.
realisasi anggaran APBD untuk HIV tahun 2007 tidak sampai 1 M. sedangkan yang harus di kerjakan cukup banyak. kasihan teman2 yg di KPA (komisi penanggulangan AIDS). jadinya program tdk jalan.
Dan pemerintah hanya terkesan berharap dari LSM, Donatur,NGO, masyarakat.
melihat perhatian yang kurang maksimal maka HIV akan bisa menguasai orang papua.
selamat berjuang. (Medexp)

Selasa, 09 September 2008

Mempunyai anak adalah prioritas bagi banyak perempuan HIV-positif

Oleh: Tim Horn, aidsmeds.com Tgl. laporan: 7 Agustus 2008

Perempuan HIV-positif dalam jumlah yang bermakna yang disurvei dalam penelitian di Universitas Johns Hopkins, berpendapat bahwa dapat diterima apabila perempuan yang hidup dengan HIV menjadi hamil, dengan separuh peserta melaporkan bahwa mereka berniat memulai atau tetap mendapatkan anak. Hal ini dilaporkan pada peneliti pada International AIDS Conference ke-17 di Meksiko. Tetapi banyak perempuan tidak menyadari bahwa terapi antiretroviral (ART), apabila dipakai selama kehamilan dan kelahiran, dapat secara bermakna mengurangi risiko penularan HIV pada bayi..
ART bermanfaat untuk memperpanjang hidup, dan bila dipakai selama kehamilan dan kelahiran adalah efektif untuk mencegah penularan HIV dari-ibu-ke-bayi (MTCT). Oleh karena itu, melahirkan anak di antara ibu yang hidup dengan HIV sangat dipertimbangkan sebagai kemungkinan medis dan etika. Namun, baru sedikit yang diketahui tentang sikap atau pengetahuan mengenai MTCT di antara perempuan HIV-positif yang dalam usia subur.
Untuk meneliti hal ini, para peneliti John Hopkins melakukan survei terhadap 181 perempuan HIV-positif yang dirawat di salah satu dari dua klinik di Baltimore. Usia rata-rata peserta adalah 32 tahun, dengan 26% di bawah 30 tahun. Kurang lebih 94% adalah berkulit hitam. Sebagai tambahan, 65% sudah memiliki paling sedikit satu anak, 65% lajang, dan 67% penerima santunan pemerintah.
Sehubungan dengan pandangan mereka tentang kehamilan dan melahirkan anak, 68% mengatakan bahwa dapat diterima apabila perempuan HIV-positif menjadi hamil. Delapan puluh lima persen mengatakan bahwa dapat diterima apabila perempuan HIV-positif mengadopsi anak. Tingkat penerimaan terbesar, para peneliti melaporkan, adalah di antara peserta survei yang paling muda.
Persentase perempuan yang lebih tinggi, khususnya yang di bawah 30 tahun, ingin – dan merencanakan – memiliki anak atau ingin mendapatkan anak lagi. Di antara peserta survei, 48% ingin memiliki anak dan 44% berencana punya anak. Di antara perempuan yang di bawah 30 tahun, 67% ingin memiliki anak dan berencana punya anak atau terus memiliki anak. Sedangkan pada perempuan yang di atas 30 tahun, 36% ingin memiliki anak dan 28% berencana punya anak atau terus memiliki anak.
Enam puluh tujuh persen perempuan yang disurvei mengatakan bahwa sudah membahas masalah kehamilan dan kelahiran dengan dokternya. Tetapi, tidak jelas pada laporan tentang persentase perempuan yang sudah memiliki anak – sehingga menerima perawatan dan konseling kehamilan, sejak terinfeksi HIV. Tetapi banyak (64%), yang melaporkan bahwa merekalah yang mulai membahas masalah ini dengan dokternya.
Sebagian besar perempuan – 62% – terlalu membesar-besarkan risiko penularan HIV pada bayi selama kehamilan dan kelahiran. Dengan perawatan yang sesuai dan ART yang menekan viral load ke tingkat tidak terdeteksi, risiko penularan HIV adalah 1-2%. Perempuan dalam penelitian ini, rata-rata memperkirakan risikonya sebesar 18%.
Kurang lebih 62 % perempuan dalam penelitian ini membesar-besarkan risiko. Lima belas persen menyediakan perkiraan secara tepat. Dua puluh tiga persen, para peneliti melaporkan, meremehkan risiko, berpendapat bahwa tidak ada risiko apabila perempuan menerima ART.
Temuan ini, para penulis menyimpulkan, memberi kesan bahwa para dokter sebaiknya membahas tentang perencanaan mempunyai anak, pembuahan dan kehamilan dengan seluruh perempuan HIV-positif.
Artikel asli: Having Children a Priority for Many Positive Women
http://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=0974

Jumat, 05 September 2008

Otonomi khusus dan HIV AIDS

Pemerintah Papua tolong pikirkan pemekaran kabupaten yang cukup banyak.
masyarakat di kampung belum siap untuk menyambut kabupaten baru itu dengan segala macam bidang yang akan menuntut mereka untuk harus menguasai itu. sedangkan proses untuk menuju kesitu tidak mudah. akhirnya banyak sector, bukan di kuasai oleh masyarakat lokal tetapi di kuasai oleh mereka yang dari luar daerah. dan secara tidak langsung akan menimbulkan kecemburuhan sosial.
Oleh sebab itu Pemerintah pusat, propinsi maupun kabupaten harus bisa melihat hal itu. jangan karna keinginan kelompok tertentu kabupaten di mekarkan ataupun propinsi.
kami tahu kalau informasi ini bukan informasi baru, tetapi dengan hadirnya banyak pemekaran kabupaten, maka hadir juga uang yang begitu banyak, sehingga konsumsi akan kebutuhan apa saja akan meningkat. salah satunya adalah seks dan minuman yang beralkohol, yang penyebabnya bisa tertular HIV karna menyalagunakan uang yang banyak tadi. Dan pemerintah daerah harus mampu membuat gebrakan untuk mengontrol anggotanya yang prilakuanya seperti itu.
JAYAPURA (PAPOS),Jumat 5 agustus 2008 -Dua persoalan besar dan krusial yang merusak jati diri dan membunuh kehidupan rakyat Papua yaitu Korupsi di kalangan birokrasi dan penyebaran penyakit yang mematikan HIV/AIDS. Demikian disampaikan Gubernur Papua Barnabas Suebu, SH pada saat tatap muka dengan para pemimpin Gereja-Gereja Kristen di Papua di Gedung Negara dalam siaran pers yang diterima Papua Pos, Kamis (4/9) malam. Menurut Gubernur Suebu, HIV/AIDS dan Korupsi hanya bisa diobati dengan satu pertobatan yang sungguh-sungguh.
Pertobatan adalah jawaban yang sangat tepat, tetapi kenyataan di lapangan, beberapa masyarakat tidak melihat perilaku mereka adalah perbuatan yang melanggar kehendak Tuhan. makanya mereka dengan tanpa bersalah tetap melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan yang dapat membunuh dirinya sendiri dan orang lain.
Ada ide yang sedikit bodoh ( bagaimana kalau setiap kenaikan pangkat PNS, atau test PNS di sertakan dengan persyaratan surat bebas HIV dari klinik atau RS tempat test HIV. dengan catatan jika ada yan positif HIV mereka tidak akan di bedahkan dengan orang lain dalam prose kenaikan pangkat PNS atau test PNS, untuk perlakuannya. surat ini memberi peringatan secara pribadi kalau jika saya mengajukan kenaikan pangkat atau test PNS, bagaimana kalau saya positif HIV, sehingga perasaan rasa takut terhadap pribadi,keluarga, teman kerja ataupun masyarakat, akan membuat dia untuk mengontrol hidup lebih baik, tetapi harus di tangani dengan menjaga kerahasiaannya).
Memang bukan PNS atau calon PNS yang baresiko tertular HIV tapi kita semua bias tertular dengan perilaku yang buruk. Itu adalah salah satu cara untuk mencegah penularan HIV.
semoga papua akan bebas dari HIV suatu saat.(medexp)