Selasa, 30 September 2008

“ KITA DIPILIH DAN DIUTUS UNTUK MELAYANI”


Jogjakarta, 29 september 2008

Jogja (BA-PA), bertempat di wisma UKDW kaliurang Jogjakarta, senin 29 September 2008 PD Korintus (Persekutuan Doa Korintus ) Papua Jogjakarta mengadakan Ulang tahunnya yang ke 13 dan perberkatan kepengurusan yang baru dan lama. Menurut sesepuh PD Korintus bpk Hansen Maniburi yang di temani ibu Maniburi menyatakan korintus mempunyai pengalaman yang panjang dengan suka maupun duka pada masa kaka-kaka kalian memulai di tahun 1995 hingga sekarang bisa di pimpin oleh seorang ketua baru lagi. Bapak bangga, korintus masih jalan trus dan dapat mengadakan acara syukuran ulang tahun ke 13. kami sebagai orang tua bangga karna anak-anak bisa melatih diri di organisasi dan juga dapat menguatkan iman dalam kegiatan-kegiatan seperti ini. harapan ketika pulang ke papua anak-anak tidak akan kaget di dunia kerja tetapi anak-anak punya pengalaman yang bisa diterapkannya.
Pada kesempatan itu Bapak Pdt Lennis Kogoya yang di percayakan menyampaikan renungan syukuran dan juga memberkati Kepengurusan lama sdri Tia Delima yang di angkat ketika sdri stany miranti haurisa yang waktu itu menjadi ketua pulang ke papua karna sudah mengelesaikan study S1 di kampus UGM. Lalu Pdt Kogoya melanjutkan dengan kepengurusan yang baru yang di pimpin oleh seorang wanita lagi (Febby). Ada pesan penting yang di sampaikan oleh pdt lennis kogoya yang juga mahasiswa pascasarjana di STTI (sekolah Tinggi Theologi Injili) Jogjakarta mengemukakan kita kejogjakarta karna sudah dipilih untuk melayani dengan cara menjadi seorang mahasiswa, jadi saudara ada di kampus untuk melayani dan oleh sebab itu layanilah Tuhan dengan tulus dan murni, Seperti tema “ Kita di pilih dan diutus untuk melayani” .
Setelah acara perayaan ibadah dan pelantikan di lanjutkan dengan acara santai berupa games cerdas cermat Alkitab (CCA) agar melatih teman-teman kemampuan akan isi alkitab, ingat ada hadianya demikian di sampaikan oleh febby yang memanduh acara CCA dan games-games lainnya.dan Di lanjutkan dengan foto-foto bersama. (mdxp)

Minggu, 28 September 2008

GUBERNUR PAPUA AKHIRNYA TIDAK MENGUNJUNGI JOGJAKARTA


Jogjakarta, 28 September 2008

Jogja(BA-PA),Waktu yang di tunggu-tunggu oleh masyarakat , mahasiswa dan pelajar Papua boleh terjawab dengan akan hadirnya bapak gubernur Papua Barnabas Suebu di Jogjakarta pada jumat, 27 september. Sayangnya pertemuan dan kunjungan ini bukan untuk mengunjungi masyarakat, mahasiswa dan pelajar di Jogjakarta yang kurang lebih ada 4000 orang lebih. walaupun yang sering mengundang bapaknya (Gubernur Papua) demikian di ungkapkan Onesimus kambu ketua IPMAPA (Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua) Jogjakarta di kostnya beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan kali ini Gubernur Papua berencana akan mengunjungi Jogjakarta untuk menandatangani MOU dengan Universitas Atma Jaya Jogjakarta pada tanggal 26 atau 27 agustus 2008 di Kampus Univ. atma jaya Jogjakarta (UAJY) Kampus III Jl.babarsari No.44. mengenai tugas belajar bagi pegawai Negeri sipil (PNS) propinsi Papua demikian di ungkapkan oleh salah satu dosen atma jaya fisip ibu meylani yo. Namun sayangnya setelah Panitia pelaksana dies Natalie UAJY ke-43 yang juga mengundang guburnur Papua dalam penandatangan MOU ini menginformasikan bahwa bapak gubernur Papua tidak bisa tiba di Jogjakarta karna ada kesibukan lain.
Pada tempat yang terpisa di hari jumat 26 september, onesimus kambu mengundang setiap ketua paguyuban dari setiap kabupaten untuk berkumpul dalam memberikan respon terhadap kedatangan Guburnur Papua tersebut. Namun sayangnya setelah IPMAPA berkumpul dan mendapatkan informasi dari panitia pelaksana dies natalis UAJY bahwa bapak barnabas suebu tidak bisa datang ke Jogjakarta, maka perkumpulan IPMAPA itu akhirnya membubarkan diri dari asrama mahasiswa Papua Kamasan I Jl.kusumanegara 119 jogjakarta.
Pada acara dies natalis ke 43 ini panitia pelaksana lebih memberikan kepercayaan penuh kepada kawasan wilayah timur khususnya dari Papua. KOMAPA atau Komunitas Mahasiswa Papua atma Jaya JogjakartaI yang beranggotakan kurang lebih 80 mahasiswa untuk memberikan dukungan dalam kegiatas dies ini berupa, mendirikan /membuat stand Papua untuk mempublukasikan budaya Papua, yang mana kegiatannya di selenggarakan pada tanggal 22-26 september bertempat di alaman UAJY Kampus III JL. Babarsari No. 40 sedangkan jumat 26 sepetember jam 17.00 -19.30 wib mengisi prosesi misa syukuran dies natalis dengan tradisi Papua misalnya lagu-lagu Papua, doa dengan menggunakan beberapa suku bahasa Papua, persembahan di iringi dengan tarian Papua, paduan suara (Koor) Papua. Dimana Misa Syukur dies natalies ke-43 di pimpin oleh Romo Pius Riana Prapdi, Pr dengan bacaan injil Lukas 5 : 1-11 dan memberikan judul Mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.
(medexp)

KETIDAKPERCAYAAN MAHASISWA TERHADAP PEMDA PANIAI


Jumat, 26 sepetemebr 2008

Jogja (Bangkit Papua- BA-PA), Pemerintah kebupaten paniai menjadi harapan dan tumpuhan terakhir bagi mahasiswa dalam proses menyelesaikan study, yang ada di Papua, Sulawesi dan pulau Jawa. Perjuangan demi perjuangan di lakukan oleh mahasiswa paniai yang ada di setiap kota study untuk bisa berkomunikasi secara langsung maupun via telepon atau SMS tetapi tidak menemukan informasi dan jawaban yang jelas mengenai permasalahan mereka dari pihak pemerintah, demikian di sampaikan oleh beberapa mahasiswa paniai pada buku tamu dalam situs resmi kabupaten paniai (http://www.paniai.go.id), bakan di dalam isi buku tamu pada beberapa waktu lalu, ada beberapa pengunjung yang mengancam dengan menulis bawah akan merusak/error situs resmi paniai itu. Dan pada hasil pantauan BA-PA pada hari jumat 26 september jam 19.55 wib dengan mengunjungi situs paniai dan ternyata tidak bisa terakses dan hanya ada tulisan, “informasi: website ini Dalam Perbaikan Contact: info@paniai.go.id “. Dan benar situs resmi paniai ini tidak bisa di akses dan sedang di perbaiki sesuai dengan pesannya itu.
Mahasiswa yang berada diJogjakarta sudah melakukan hal yang sama dengan menanyakan informasi beasiswa yang di janjikan pemerintah daerah Paniai melalui bagian HUMAS yang di publikasikan melalui situs resmi kabupaten paniai. Informasi yang di peroleh dari mahasiswa, mereka hanya mengharapkan transparan informasi beasiswa yang dijanjikan pemerintah kabupaten Paniai itu dan kapan di realisasikan kepada mahasiswa mengingat kebutuhan perkuliahan misalnya bayar SPP tetap, bayar KRS, bayar praktek kerja, membeli buku penunjang mata kuliah dan lain-lain, itu cukup berat bagi mahasiswa yang di latarbelakangi dengan kehidupan keluarga yang tidak mampu sebab banyak mahasiswa yang keluarganya mempunyai pekerjaan sebagai petani tradisional yang hanya bisa menghasilkan hasil panen dikebun untuk kebutuhan sehari-hari saja sehingga untuk membiayai perkulihaan anaknya sudah tidak cukup. Menurut salah satu mahasiswa asal Paniai sdr. Derek Kudiyai yang juga sebagai ketua ikatan pelajar mahasiswa Paniai Nabire (IPMANAP) pada sela-sela kegiatan makrab penyambutan mahasiswa baru Paniai Nabire 2008 di wisma sembada kompleks wisata kaliurang mengemukakan “pemerintah pintar-pintar membedahkan sebuah persoalan artinya dimana mahasiswa memberikan masukan tidak di cap atau di incar sebagai suatu lawan politik atau sebuah lawan dalam sebuah arus birokrasi yang berjalan dikabupaten paniai maupun nabire sehingga kami disini mengharapkan pemerintah juga harus terbuka menerima kritikan dari mahasiswa, dari pihak LSM, masyarakat”. Jimmi Kudiyai, mahasiswa STPMD (Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa) jurusan ilmu pemerintah pada semester VII menambahkan juga, saat ini tim dari Dinas social kabupaten paniai yang rencananya akan menyalurkan beasiswa kepada mahasiswa di tahan oleh beberapa mahasiswa Paniai di kota study Jakarta dan itu sudah beberapa hari. sejak berita ini di input pada hari kamis 25 september jam 23.00 waktu jogja, tim dari Dinas Sosial masih di tahan. Dan menurutnya informasi tim dinas social paniai di tahan karna mahasiswa menuntut penambahan dana beasiswa yang di rencana sebelumnya untuk mahasiswa Tesis S2 Rp.2,5 juta, Mahasiswa S1 tugas akhir Rp.1 juta dan untuk D3 Rp.800 ribu. Dan katanya kota study jogjakartapun akan menolak beasiswa kalau teman-teman mahasiswa di jakarta menolak beasiswa itu, tatapi jika mereka menerima maka kamipun akan menerimanya.
Ketua IPMANAP yang usai mengikuti Kegiatan makrab mahasiswa baru IPMANAP hari pertama yang di hadiri kurang lebih 80 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa baru, panitia dan simpatisan dari kabupaten lain di wisma sembaga kaliurang. dikatakan pada Makrab kali ini panitia lebih memberi pembekalan seputar materi hadaptasi lingkungan kampus, Manajemen Organisasi dan hadaptasi dengan lingkungan kost dan masyarakat. Sesuai dengan tema makrab “Datang dengan kosong, pulang membawa bekal demi hari esok” Yang di adakan pada hari kamis dan jumat, 25-26 september 2008. Ketika mahasiswa selesai nanti ada yang akan menjadi pemimpim daerah yang bisa membuat suatu perubahan terhadap daerahnya misalnya untuk Paniai maupun Nabire. Proses study yang di lakukan mahasiswa di kampus akan melengkapi dirinya sehingga dapat menjadi lebih baik dan ahli di bidang studynya, bukan sekedar selesai dan mempunyai gelar sarjana saja tetapi bisa bersaing dengan dunia luar sehingga kami tidak akan di sisikan atau di tipu lagi.
Jogjakarta mempunyai banyak tempat pelatihan misalnya kursus computer, bahasa inggris, kursus jaringan, pelatihan wirausaha, pelatihan pendidikan, pelatiahn kepemimpinan, hukum dan masih banyak lagi, semua ini sebenarnya kita bisa dapatkan secara gratis tinggal bagaimana kita bisa bekerja sama dengan lembaga-lembaga penyelenggara pelatiahan itu dengan mendapat fasilitas gratis. Seperti yang biasa di selenggarakan oleh Yayasan binterbusih, study HEMAT atau dari kampus-kampus. Karna untuk mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya mahasiswa sangat sulit, padahal dana otonomi khusus sangat besar. (Medexp)

TOLAK RANCANGAN UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI!!! Dari Jogjakarta


Jogjakarta, 22 september 2008

Jogjakarta (BA-PA),

“ Salam.

YOGYAKARTA UNTUK KEBERSAMAAN (YUK!), yang terdiri lebh dari 150 jaringan masyarakat Sipil di Yogyakarta dengan tegas MENOLAK keberadaan Rancangan Undang-undang Pornografi (RUUP), bukan saja karena subtansi dan isinya yang masih de semangati oleh rancangan undang-undang sebelum (RUUAPP), namun juga karena RUUP BUKAN merupakan jawaban tepat atas permasalahan pornografi yang merajalela di Indonesia, kurang implementatif, dan berpotensi menimbulkan masalah baru di masyarakat.

Perempuan dan anak-anak yang selama ini menjadi objek ekploitasi seksual, bisa jadi akan kembali menjadi korban karena RUUP ini. Meskipun pertunjukan seni dan budaya serta kepentingan adat istiadat dan tradisi yang bersifat ritual telah diakomodir dan di perbolehkan menggunkana materi seksualitas, namun RUUO tetap menggolongkannya ke dalam materi pornografi karena materi seksualitas adalah sala satu definisi pornografi. Bahkan, bisa jadi, Praktek hidup sehari-hari seperti menyusui anak di halaman rumah, mandi di pinggir sungai, sibok-simbok dipasar memakai kain brokat, dll akan dilarang karena RUUP ini. Intinya, masih banyak kekeburan dan kerancuan ise dasar, definisi, serta narasi pada setiap pasal-pasalnya.

YOGYAKARTA UNTUK KEBERAGAMAN (YuK) Menghargai upaya pemerintah dan DPR RI dalam membahas permasalahan pornografi. Namun karena banyak pertimbangan, terutama potensi permasalahan yang akan di timbulkan, terutama potensi permasalahan yang akan di timbulkannya, maka sekali lagi, YOGYAKARTA UNTUK KEBERAGAMAN (Yuk!) menolak rancangan undang-undang Pornografi (RUUP). Terimakasih Wassalam.

RUU Pornografi MELARANG

Ibu-ibu menyusui di halaman rumai!, Lomba binaraga!, Club Ade Rai!, Melarang ibu-ibu senam aerobik!, Simbok-sombok memakai brokat!, Ekstra kulikuler renang!, Orang mandi di sungai !, Tukang becak, petani!, buruh pasar, polidi ngligo!, Mbok damai kerokan di teras!, SPG (Sales Promotion Girl) bekerja!, Olah Raga Volly pantai!, Lomba Panjat pinang!,Pacaran di via SMS!, Cewek-cewek ikut Futsal!, Agung Leak katokan Cendhak!, Pentas dangdut di acara 17-an!, Orang mlaku megal-megol!, Orang berak di sungai !, Jualan BH dan pakaian dalam di pasar!, Abak-anak menonton (kura-kura ninja,spiderman,supermen, Incredible Hulk, Gatot Kaca)!, Creambath dan sp!, Memakai lipstick di depan rumah!, Penggunaan internet!, Dan lain-lain dan lain-lain!”

Di sampaikan oleh Jaringan Masyarakat Sipil Jogjakarta :

IHAP (institute Hak Asasi untuk Perempuan)/ KPI DIY/ Mitra Wacana/ LH DIY/ MERTI YOGYA/ USC satunama/ YPR (yayasan pondok rakyak)/ Teater Garasi/ LKis (Lembaga Kajian Islam and Sosial)/ Jaringan Perempuan Yogya (26 lembaga/komunitas)/ Circle Yogyakarta/ Yaysan Umar Kayam/ KPI sleman/ Yayasan Kampung Halaman/RTND (RumpunTjuk Nyak Din)/ PLU satu Hati (People Like Us)/ PSB (PerhimpunanSerikat Buruh)/ JNP Mahardika/ Forom LSM/ Syarikat Indonesia/ yayasan Anand Krisna/ Aksana Yogya/ HMI/PMII/ SP (solidaritas Perempuan)Kinasih/KKY/FPUB (Forum Persatuan Indonesia)/ Karta Pustaka/ Ikatan Seniman Yogyakarta/ Taring Padi/ Persino (persaudaraan Indonesia)/ Greget UIN/ PMII Komisaris UIN/ Koalisi AJI Damai (60-an lembaga/komunitas)/ UPLINK Yogyakarta (Urban Poor Lingkaje)/ KEBAYA (keluarga Besar Waria Yogyakarta)/ Rumah Seni cemeti/ Yasanti/ YBK (Yayasan Bagong Kusudiarjo)/ TRI TUNGGAL/ Teropong APMD/ Kelompok Kepantingan LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transexual)/ LBH_Ansor/ PKBI (Persatuan Keluarga Berencan Indonesia) DIY/ LP3Y/ Asrama-Asrama Mahasiswa di Yogyakarta/ Diporanno Library/ AWI (Anak Wayang Indonesia) GKJM (Gabungan Kaum Jalanan Merdeka)”

Demikian tulisan selebaran yang di bagikan oleh para penolak RUUP yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat yang kurang lebih mencapai 150 Jaringan Masyarakat Sipil yang melintasi di depan jalan malioboro dan melakukan orasi di depan gedung agung pada Senin, 22 september jam 14.00 wib hingga 17.00 wib. Namun sebelumnya para PENOLAK RUUP (Rancangan Undang-undang pornografi) pada jam 10.00 hingga 12.00 wib telah melakukan orasi di depan kantor DPRD Jogjakarta jalan malioboro.

Pada orasi yang di lakukan di depan gedung agung Jogjakarta, Ada orasi yang di lakukan oleh salah satu masyarakat dari perwakilan Kalimantan dengan menganjam pemerintah SBY ”kalau Rancangan Undang-Undang tetap di sahkan maka kami Kalimantan siap memisakan diri dari NKRI karna kami orang Kalimantan hidupnya di sungai”. Peserta yang kurang lebih 1.000 orang ini dengan damai melakukan demonya yang di kawali pihak Polisi Jogjakarta hingga pada jam 17.00 wib, dimana peserta demo melakukan pembubaran setelah melakukan doa bersama pada akhir demo itu.

Papua mempunyai ancaman terbesar jika Rancangan Undang-Undang Pornografi ini di sahkan, orang yang tadinya memakai pakaian adat, koteka, cawat, santai dengan tidak memakai baju di depan rumah, mandi di pantai, tangkap ikan di laut, tarian adat dan mungkin masih banyak lagi. Hal ini akan mencegah kita melakukan itu, dan jika tidak maka ada sangsinya. Namun ada hal lain yang di tuliskan juga dalam Rangcangan Undang-Undang Pornografi adalah :

1. Mempertontonkan alat kelamin di muka umum (Pasal 4 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5

tahun. Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
2.Mempertontonkan pantat di muka umum (Pasal 4 ayat 2) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5

tahun. Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
3. Mempertontonkan payudara di muka umum (Pasal 4 ayat 5) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5

tahun. Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
4. Sengaja telanjang di muka umum (Pasal 5 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 2 tahun - 6 tahun Denda :

Rp 100 juta - Rp 300 juta
5.Berciuman bibir di muka umum (Pasal 6) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5 tahun Denda : Rp 50

juta - Rp 250 juta
6.Menari erotis atau bergoyang erotis di muka umum (Pasal 7 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun

- 5 tahun Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
7.Melakukan masturbasi atau onani dimuka umum (Pasal 8 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 1 tahun –

5 tahun Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta
8.Melakukan hubungan seks di muka umum (Pasal 9 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 2 tahun - 10

tahun Denda : Rp 100 juta - Rp 500 juta
9.Melakukan hubungan seks dengan anak-anak (Pasal 9 ayat 2) Ancaman pidana Penjara : 2 tahun - 10

tahun Denda : Rp 100 juta - Rp 500 juta
10.Menyelenggarakan acara pertunjukan seks (Pasal 10 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 3 tahun - 10

tahun Denda : Rp 100 juta - Rp 1 milyar
11.Menyelenggarakan pesta seks (Pasal 10 ayat 3) Ancaman pidana Penjara : 3 tahun - 10 tahun Denda

: Rp 100 juta - Rp 1 milyar
12.Menonton acara pertunjukan seks (Pasal 11 ayat 1) Ancaman pidana Penjara : 6 bulan - 2 tahun

Denda :Rp.25 juta - Rp.100 juta.
13.Menyediakan dana atau tempat untuk melakukan kegiatan pornoaksi (Pasal 12 ayat 1 dan ayat 2)
Ancaman pidana Penjara : 1 tahun - 5 tahun Denda : Rp 50 juta - Rp 250 juta

Apa jawaban anda untuk RUUP ini MENDUKUNG Atau MENOLAK, Hal-hal ini akan membuat pola hidup masyarakat akan terus berubah sesuai dengan tuntutan yang ada.(medex)

Senin, 22 September 2008

Kompas : AIDS, Awas Daerah Pedalaman

samuel oktora dan b josie susilo hardianto


Kasus HIV/AIDS saat ini kian mengkhawatirkan. Penyakit mematikan itu menjadi momok bagi warga Papua. Bahkan kini penyebarannya ditengarai sudah merambat jauh ke pedalaman, bukan hanya di kota.

Mengejutkan! Data terakhir 30 Juni 2007 yang dikeluarkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Dinas Kesehatan Nabire menyebutkan, di kabupaten itu tercatat 420 kasus HIV. Dari jumlah itu, 392 orang terkena AIDS, dan 28 orang positif terinfeksi HIV.

Pengidap paling banyak rata- rata di usia produktif, yaitu 20-29 tahun. Di wilayah Papua, posisi Nabire kini berada di peringkat ketiga setelah Mimika dan Merauke. Sebelumnya, Nabire masih di bawah Biak.

Penyebaran dan peningkatan drastis kasus HIV membuat warga suku Mee di Desa Bomomani, daerah pedalaman di Distrik Mapia, Nabire, pun semakin khawatir jika suku mereka "dihabisi" penyakit itu. Sebagai catatan, suku Mee sendiri berdiam di dataran Kamu dan Mapia, jauh di pegunungan. Bomomani berada di daerah pegunungan yang jaraknya 185 kilometer dari Kota Nabire, dengan ketinggian sekitar 1.493 meter di atas permukaan laut (dpl). Saat ini jumlah penduduk Desa Bomomani 411 keluarga atau 1.700 jiwa.

"Indikasi penyebaran HIV/AIDS di daerah pedalaman seperti Bomomani cukup kuat. Hal itu bisa dilihat dari kehidupan seks bebas yang tampaknya kian meluas. Menurut umat, ada yang SD atau SMP sudah terlibat seks bebas," tutur Pastor Paroki Maria Menerima Kabar Gembira Bomomani Romo Yohanes Ferdinand.

Menurut Romo Ferdinand, salah satu faktor penyebab merebaknya seks bebas di pedalaman adalah karena anak-anak perempuan di kawasan itu mudah terpesona dengan bujuk rayu dan iming-iming uang/harta.

"Itu karena faktor kemiskinan orangtua yang tak mampu memenuhi kebutuhan anak, maupun sekolahnya. Ketika datang laki-laki dengan rayuan uang, bahkan cuma Rp 20.000, anak- anak perempuan di sini mudah terbujuk," ungkap Romo Ferdinand.

Untuk membendung arus penyebaran HIV/AIDS di daerah pedalaman, Romo Ferdinand akan berusaha kembali menegakkan aturan-aturan adat. Langkah itu mendapat dukungan warga. Sebab, mereka khawatir lancarnya lalu lintas Nabire-Bomomani-Moanemani-Waghete-Enarotali akan menambah cepat persebaran kasus HIV/AIDS.

Tokoh masyarakat Desa Bomomani Amandus Iyai juga prihatin dengan merebaknya kasus HIV/AIDS hingga ke pedalaman. "Padahal, para tokoh adat, pemimpin agama, maupun pemerintah tak kurang dalam memberikan sosialisasi dan nasihat. Tapi memang remaja dan pemuda sekarang makin sulit diatur," katanya.

Menurut dia, aturan adat dan pengajaran agama sebenarnya sangat kuat. Warga pun umumnya taat. Akan tetapi, pengaruh dari kota juga kuat, termasuk dari anak-anak pedalaman yang sering turun ke kota.

Untuk itu, Iyai meminta instansi terkait seperti petugas puskesmas, rumah sakit, dan dinas kesehatan tidak merahasiakan identitas atau keberadaan pengidap. Bahkan, mereka minta supaya pengidap HIV/AIDS dikucilkan atau dilokalisasi.

"Kami ini amat awam soal AIDS. Kami tak mengetahui bagaimana caranya menangani mereka (pengidap), sehingga lebih baik pemerintah membangun satu tempat khusus untuk mereka, dan indentitasnya juga jangan dirahasiakan," tutur Iyai.

Meski akan sangat sulit direalisasikan, ketakutan Iyai itu mungkin beralasan. Youth Specialist HIV dan AIDS Project Concern International (PCI) Nabire Krisna Tohariadi menyebutkan, berdasarkan temuan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dari sekian banyak kasus HIV/AIDS, pengidap terbesar adalah suku Mee. Diduga, perilaku seks bebas yang saat ini menjangkiti pemuda-pemudi suku itu menjadi pintu masuk penyebaran penyakit berbahaya itu.

Untuk itulah, PCI terus menggalakkan penyuluhan soal pencegahan HIV/AIDS di pedalaman. PCI adalah lembaga yang bergerak dalam bidang kesehatan dan membantu pemerintah dalam memfasilitasi pencegahan kasus HIV dan AIDS di Nabire, Paniai, dan Sorong. Salah satu programnya adalah pelatihan bagi remaja luar sekolah.

Menurut Tohariadi, upaya yang sekarang intensif dilakukan bersama Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Nabire adalah memberikan informasi dasar tentang HIV/AIDS kepada 40 remaja luar sekolah di Gereja Maria Menerima Kabar Gembira Bomomani, Rabu (15/8).

"Remaja luar sekolah itu kelompok paling rentan terkena HIV/AIDS," ucap Youth Specialist HIV dan AIDS PCI Nabire itu.

Faktor pendidikan

Sementara itu dari pandangan siswa SMA, seperti yang dikemukakan Auvince Wenda dan Albertha Madai, siswa kelas XI SMA Adi Luhur Nabire, penyebaran HIV/AIDS yang makin memprihatinkan di Papua salah satu faktornya adalah pendidikan yang rendah.

"Dengan pendidikan rendah, mereka mudah terpengaruh lalu terjerumus ke seks bebas," ungkap Wenda. Wenda juga mengharapkan pemerintah atau instansi berwenang menertibkan kerumunan atau kumpulan anak-anak muda, terutama pada waktu malam hari. Sebab dari aktivitas itulah biasa berujung seks bebas.

"Ada juga karena faktor ekonomi. Orangtua tak mampu, lalu anak-anak putus sekolah," katanya.

Madai kemudian bercerita kasus temannya. Karena orangtua tidak mampu, teman itu bekerja mencari uang. "Ia lalu sering tidur di rumah temannya, entah itu laki-laki atau perempuan," ujar Madai.

Pengajar SMA Adi Luhur Nabire Adolf Bramandita AN mengatakan, perilaku seks bebas di kalangan remaja dan pemuda Nabire amat memprihatinkan. Mereka berbuat itu tak mengenal tempat. Termasuk apa yang pernah dilihatnya di depan jendela rumahnya.

"Halaman di depan rumah saya itu seperti lokasi pendaratan UFO saja. Begitu lampu saya matikan, mereka bubar," kata Bramandita.

Menurut Bramandita, fenomena seperti itu karena adanya problem identitas pribadi akibat pola kehidupan yang tidak terkontrol dengan baik. Salah satu kasus adalah kehidupan keluarga yang orangtuanya menikah lagi, sehingga kontrol terlepas pada anak-anaknya.

"Untuk itu, ia mengusulkan dibangunnya indentitas pribadi remaja pedalaman. Salah satu cara yang coba dilakukan di sekolah Bramandita adalah dengan kegiatan ekstra kurikuler tentang HIV/AIDS sejak tahun 2005.

"Kami juga akan mengadakan seminar yang diselenggarakan oleh anggota ekskul tersebut, dengan mengundang peserta dari sekolah lain. Kami juga akan mengajukan proposal ke KPAK, sejauh mana respons mereka. Sebab, tentunya, dari dana APBD diprioritaskan untuk penanggulangan HIV/AIDS," kata Bramandita.

Upaya yang dilakukan Bramandita dan kawan-kawan tentu saja tidak akan bisa segera menyelesaikan soal। Pemerintah, gereja, dan aktivis kesehatan tentu harus bahu-membahu....

http://www.aidsindonesia.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=846&Itemid=134

Jumat, 19 September 2008

Buah Merah Papua Tak Mampu Matikan Virus HIV

JAYAPURA, JUMAT - Buah merah yang banyak tumbuh di dataran tinggi Papua tidak memiliki efek yang dapat mematikan virus HIV dalam tubuh seseorang, demikian pernyataan resmi Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, dr Nafsiah Mboi Sp.A.
“Dari hasil penelitian, buah-buahan dan sayur-sayuran yang berwarna merah mengandung anti oksidan yang berperan meningkatkan daya tahan tubuh. Meskipun begitu, buah merah tidak bisa membunuh virus HIV,” tegas Nafsiah di Jayapura, Jumat (23/11).

Nafsiah mengungkapkan, informasi di kalangan masyarakat Papua yang menyebutkan buah merah dapat mengobati virus HIV dan penyakit AIDS merupakan informasi yang menyesatkan, bahkan dinilai sebagai bentuk pembohongan terhadap publik.

Seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, tetap dianjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan berpola hidup teratur agar daya tahan tubuhnya tidak menurun. Selain itu, yang bersangkutan harus rutin mengkonsumsi obat Anti Retro Viral (ARV) untuk menghambat laju pertumbuhan virus HIV dalam tubuhnya.

Terkait dengan peningkatan kasus HIV/AIDS di Papua yang sangat signifikan dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, Nafsiah mengatakan masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelamatkan Papua dari ancaman kepunahan.

Nafsiah memaparkan data KPA Nasional tentang kelompok yang paling beresiko tinggi tertular HIV/AIDS yakni pengguna narkoba suntik, Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pelanggannya, kaum homoseksual, serta warga binaan Lembaga Pemasyarakatan.

Khusus di Papua, katanya, pengguna narkoba suntik prosentasenya sangat minim yang hanya terdapat di Kota Jayapura dan Sorong. Demikian pun dengan kelompok PSK di Papua jumlahnya tidak signifikan. Kelompok ini bisa diberi pembinaan untuk menggunakan kondom saat melakukan transaksi seks dengan pelanggannya.

“Sebetulnya kita bisa mengatasi kasus HIV/AIDS di Papua. Kuncinya terletak pada kita semua, kita tidak boleh hipokrit, munafik dan memfitnah orang lain. Kita semua baik orang Papua maupun pendatang sama-sama bertanggung jawab untuk menyelamatkan Papua,” kata Nafsiah. (ANT/wsn)

Sumber: http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0711/23/053929.htm

Selasa, 16 September 2008

PEMUTARAN FILM HIV DAN NONTON BOLA BERSAMA



Senin, 15 September 2008

Jogja, (BA-PA), HIV menjadi tantangan bersama di dunia, indonesia dan khusus Papua sehingga pada minggu 15 september jam 17.30 – 18.00 wib bertempat di Asrama kamasan I Jl.kusumanegara No.119 Jogjakarta, di lakukan pertemuan singkat antara Findi duwit, Alber duwit dan Medex Pakage. Untuk membuat pemutaran film hiv di asrama kamasan dengan target peserta dari asrama dan undangan dari teman-teman papua dari luar asrama. Dengan tujuan ada informasi penguatan HIV yang peserta dapati melalui film ini dan melakukan diskusi dari hasil film itu.
Sehingga pada senin, 15 september jam 19.00 wib pemutaran film testimoni ODHA dari papua melalui liputan metro tv dan film Tenius dan Temina dari Yayasan Tangan peduli wamena. Dimana menceritakan tentang bagaimana stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap ODHA sangat tinggi yang membuat ODHA tertekan secara mental dan fisikis. walaupun keadaannya tertekan, mau tidak mau mereka harus berusaha untuk tetap hidup. Ada banyak pola yang harus di ikuti oleh ODHA misalnya minum obat HIV (ART-Antiretroviral Terapi) secara teratur, pola hidup sehat harus tetap di jaga dan tidak ada diskriminasi dan stigma dari lingkungan, dengan demikian harapannya mereka akan tetap sehat dan bisa melakukan aktivitas seperti yang lainya. Pada akhir pemutaran film medex yang juga sebagai aktivis HIV dan AIDS, pada waktu itu sebagai pembicara memberikan informasi penguatan berupa pencegahan terhadap HIV karna hiv di Papua sudah mempunyai kasus yang banyak, data per 31 desember 2007 berjumlah 3629 kasus sedangkan kalau di Jogjakarta berjumlah 13 kasus HIV dan AIDS, sedangkan diseluruh jawa (Jogjakarta, Jakarta, bandung, Surabaya, malang, solo, salatiga dan semarang) mempunyai jumlah 40 kasus HIV dan AIDS, data ini adalah kasus khusus untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat Papua yang Papua asli (komen) dan amber(Non Papua asli) dari tahun 2003.
Walaupun acaranya tanpa pengalas (tikar dan kursi) karna tempatnya di alaman tengah asrama dan tidak ada snack ataupun minum tetapi teman-teman yang kurang lebih 70 orang itu cukup antusias mengikuti proses ini.
Setelah penutupan pemutaran film hiv dan diskusi singkat dilanjutkan dengan acara santai berupa nonton bersama live Pelita jaya VS Persipura jayapura. Menurut salah satu sesepuh asrama Yanto L acaranya baik oleh sebab itu kita boleh membuat jadwal untuk kegiatan-kegiatan seperti ini.
Terima kasih buat dukungan dari teman-teman asrama kamasan I Jogjakarta , alberd duwit untuk leptopnya, Yayasan binterbusih untuk LCDnya dan Rudolf rudamaga sebagai relawan Hiv yang selalu memberikan dukungan (medexp)

Minggu, 14 September 2008

MAKRAB DAN INFORMASI HIV AIDS SANGAT PENTING


Minggu, 14 September 2008.

Jogja (Bangkit Papua/BA-PA), Data kasus HIV dan AIDS Dinas Kesehatan Propinsi Papua per 31 Desember 2007 kabupaten Mimika mencatat sebagai urutan pertama untuk wilayah Papua dengan jumlah 1478 kasus. Data ini memperihatinkan bagi mahasiswa Papua khususnya mahasiswa timika (IPMAMI).
Pada kesempatan kali ini Mahasiswa timika Jogjakarta mencoba menyiapkan diri untuk menjadi kader papua khususnya dari timika. Maka mahasiswa mengambil kesempatan dengan membuat kegiatan Makrab penyambutan mahasiswa baru Mimika. Yang diadakan pada tanggal 13-14 September 2008 hari sabtu dan minggu bertempat di wisma kaliurang-Jogjakarta dengan tema ”Dengan momen IPMAMI JOGLO, mari eratkan tali persaudaraan dan kebersamaan untuk meningkatkan mutu SDM timika”. Pada hari pertam panitia lebih memberikan materi pengenalan akan lingkungan, organisasi, persatuan dan keakrabanan dengan mahasiswa timika maupun dengan paguyuban lain atau dilingkungan non papua. Pada sesi terakhir di hari pertama panitia memberikan kesempatan kepada Yayasan binterbusih yang di wakili oleh Medex Pakage dan Lusy Yarinap dalam menyampaikan informasi dasar HIV dan AIDS dan pemutaran film testimony ODHA dari Papua oleh metro Papua. Informasi yang di sampaikan adalah pengertian HIV dan AIDS, HIV dan AIDS bisa tertular melalui : 1. Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) 2.menggunakan jarum suntik yang tidak steril atau bekas. 3.Dari ibu yang positif HIV kepada bayinya melalui proses hamil, melahirkan dan menyusui (ASI). HIV dan AIDS tidak tertular melalui : 1. Gigitan nyamuk, 2. keringat, sentuhan, pelukan ataupun ciuman' 3. berenang bersama, 4. memakai kamar mandi (toilet) bergantian, 5. memakai alat makan bersama. Pencegahan penularan HIV dan AIDS : 1. Jika belum menikah tetap harus puasa seks/ tidak melakukan hubungan seks. perzinahan, dalam ajaran agamapun di catat sebagai dosa. 2. harus tetap setia dengan pasangan anda, jangan ganti-ganti pasangan. 3. kalau tidak bisa tahan dalam melakukan hubungan seksual, harus pakai kondom. 4. hindari penggunaan jarum suntik yang tidak streril. 5. informasi hiv dan aids yang maksimal. dan bagaimana menjaga alat reproduksi yang baik.
Ada beberapa pertanyaan yang di ajukan peserta yang dihadiri kurang lebihnya 90 peserta. menurut salah satu peserta Jefri bahwa jika bapa atau dan ibunya tertular HIV apakah anaknya dapat tertular HIV ?. di jawab oleh medex pakage yang juga perna menjadi manajer kasus HIV bawah, HIV dapat di cegah penularannya kepada bayi. tetapi jika bapa dan atau ibu yang HIV positif harus mengikuti metode pencegahan ibu ke anak dengan cara, pada proses awal Hubungan seks oleh suami istri untuk mempunyai seorang bayi, harus di ukur dengan masa kesuburan dari istri dan mereka harus mengukur jumlah virus dalam tubuh (test viral road ) untuk memastikan kalau mereka mempunyai jumlah virus yang normal (Viral load dibawah 1000) dan dapat melakukan hubungan seks tanpa kondom. Bila perlu istri (perempuan ODHA) menggunakan ART (antiretroviral terapi) untuk mencegah penularan hiv pada proses pertumbuhan janin melalui plasenta, lalu pada proses melahirkan dia dianjurkan untuk melahirkan secara operasi sesar karna kalau tidak akan mudah tertular pada proses melahirkan secara alami, dan pada saat menyusui dianjurkan untuk tidak menggunakan ASI (air susu ibu). Dengan semua upaya ini, kemungkinan bayi terinfeksi dapat dikurangi jauh di bawah 8 persen.

Pada akhir sesi diskusi HIV, ketua panitia sekaligus sesepuh IPMAMI (ikatan pelajajar mahasiswa Mimika) sdr.Robby Omaleng menyatakan kalau IPMAMI Jogjakarta akan mencoba membuat treaning tentang hiv khusus buat mahasiswa timika, dengan tujuan menyiapkan mahasiswa akan informasi hiv agar bisa membantu masyarakat di timika nantinya dan lebih khusus merekapun akan bisa lebih mengontrol dirinya sendiri. Robby omaleng mahasiswa tugas akhir pada STPMD APMD Jogjakarta juga salah satu penerima beasiswa LPMAK menambahkan persiapan makrab kali ini sudah di lakukan pada beberapa bulan lalu dengan pencarian dana berupa swadaya mahasiswa sebesar Rp.2 juta dan sumbangan dari kas IPMAMI sebesar Rp. 2 juta. Dengan dana sebesar itu kami memberanikan diri untuk membuat kegiatan ini dengan tujuan agar komunikasi antara kita akan tetap di bangun dan ada banyak informasi yang bisa di dapat peserta dengan kegiatan makrab ini. Harapannya juga, pemerintah daerah timika, PT.FI dan LPMAK, LEMASA dan LEMASKO dapat memberikan dukungan kepada mahasiswa timika sehingga pengembangan diri di kampus maupun luar kampus dalam bantuk training-training atau kursus-kursus yang dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa untuk pengembangan kota timika nantinya juga.

Kegiatan makrab pada hari kedua lebih pada keakraban antara peserta dan panitia. Dimana peserta yang terdiri dari mahasiswa timika dan simpatisan dari mahasiswa kabupaten di luar timika dan papua, dengan bentuk kegiatan games dan diskusi seputar organisasi IPMAMI.

Yang terpenting tujuan mahasiswa adalah untuk belajar, oleh sebab itu Hati-hati dengan perilaku yang beresiko anda, sebab akan mempermudah penularan IMS, HIV dan AIDS. karna tujuan dan cita-cita anda masih panjang, demikian disampaikan pada akhir pertemuan oleh Medex.

Terima kasih buat teman-teman pendukung IPMAMI, Yayasan Binterbusih buat proyektornya, Alberd duwit buat leptopnya.(medexp)

Sabtu, 13 September 2008

HIV terkesan bukan perioritas bagi pemerintah Papua

Yang menjadi pertanyaan isu HIV AIDS tidak dilihat sebagai suatu masalah yang serius dan harus di prioritaskan pada urutan atas oleh pemerintah papua. sehingga terkesan hanya di kerjakan oleh mereka-mereka yang memang mempunyai hati untuk isu ini.
Kami sampaikan kalau pemerintah buta alias tidak melihat isu ini dengan baik maka papua akan habis dengan HIV/AIDS pada beberapa waktu ke depan.
Data kasus HIV/AIDS 31 desember 2007 berjumlah 3.629 sedangkan jumlah penduduk papua kurang lebih 2,4 juta jiwa saja. itu jumlah kasus yang cukup besar untuk ukuran penduduk papua. kalo di estimasi jumlah kasus ini maka ternyata akan banyak orang papua yang sudah tertular HIV.
realisasi anggaran APBD untuk HIV tahun 2007 tidak sampai 1 M. sedangkan yang harus di kerjakan cukup banyak. kasihan teman2 yg di KPA (komisi penanggulangan AIDS). jadinya program tdk jalan.
Dan pemerintah hanya terkesan berharap dari LSM, Donatur,NGO, masyarakat.
melihat perhatian yang kurang maksimal maka HIV akan bisa menguasai orang papua.
selamat berjuang. (Medexp)

Selasa, 09 September 2008

Mempunyai anak adalah prioritas bagi banyak perempuan HIV-positif

Oleh: Tim Horn, aidsmeds.com Tgl. laporan: 7 Agustus 2008

Perempuan HIV-positif dalam jumlah yang bermakna yang disurvei dalam penelitian di Universitas Johns Hopkins, berpendapat bahwa dapat diterima apabila perempuan yang hidup dengan HIV menjadi hamil, dengan separuh peserta melaporkan bahwa mereka berniat memulai atau tetap mendapatkan anak. Hal ini dilaporkan pada peneliti pada International AIDS Conference ke-17 di Meksiko. Tetapi banyak perempuan tidak menyadari bahwa terapi antiretroviral (ART), apabila dipakai selama kehamilan dan kelahiran, dapat secara bermakna mengurangi risiko penularan HIV pada bayi..
ART bermanfaat untuk memperpanjang hidup, dan bila dipakai selama kehamilan dan kelahiran adalah efektif untuk mencegah penularan HIV dari-ibu-ke-bayi (MTCT). Oleh karena itu, melahirkan anak di antara ibu yang hidup dengan HIV sangat dipertimbangkan sebagai kemungkinan medis dan etika. Namun, baru sedikit yang diketahui tentang sikap atau pengetahuan mengenai MTCT di antara perempuan HIV-positif yang dalam usia subur.
Untuk meneliti hal ini, para peneliti John Hopkins melakukan survei terhadap 181 perempuan HIV-positif yang dirawat di salah satu dari dua klinik di Baltimore. Usia rata-rata peserta adalah 32 tahun, dengan 26% di bawah 30 tahun. Kurang lebih 94% adalah berkulit hitam. Sebagai tambahan, 65% sudah memiliki paling sedikit satu anak, 65% lajang, dan 67% penerima santunan pemerintah.
Sehubungan dengan pandangan mereka tentang kehamilan dan melahirkan anak, 68% mengatakan bahwa dapat diterima apabila perempuan HIV-positif menjadi hamil. Delapan puluh lima persen mengatakan bahwa dapat diterima apabila perempuan HIV-positif mengadopsi anak. Tingkat penerimaan terbesar, para peneliti melaporkan, adalah di antara peserta survei yang paling muda.
Persentase perempuan yang lebih tinggi, khususnya yang di bawah 30 tahun, ingin – dan merencanakan – memiliki anak atau ingin mendapatkan anak lagi. Di antara peserta survei, 48% ingin memiliki anak dan 44% berencana punya anak. Di antara perempuan yang di bawah 30 tahun, 67% ingin memiliki anak dan berencana punya anak atau terus memiliki anak. Sedangkan pada perempuan yang di atas 30 tahun, 36% ingin memiliki anak dan 28% berencana punya anak atau terus memiliki anak.
Enam puluh tujuh persen perempuan yang disurvei mengatakan bahwa sudah membahas masalah kehamilan dan kelahiran dengan dokternya. Tetapi, tidak jelas pada laporan tentang persentase perempuan yang sudah memiliki anak – sehingga menerima perawatan dan konseling kehamilan, sejak terinfeksi HIV. Tetapi banyak (64%), yang melaporkan bahwa merekalah yang mulai membahas masalah ini dengan dokternya.
Sebagian besar perempuan – 62% – terlalu membesar-besarkan risiko penularan HIV pada bayi selama kehamilan dan kelahiran. Dengan perawatan yang sesuai dan ART yang menekan viral load ke tingkat tidak terdeteksi, risiko penularan HIV adalah 1-2%. Perempuan dalam penelitian ini, rata-rata memperkirakan risikonya sebesar 18%.
Kurang lebih 62 % perempuan dalam penelitian ini membesar-besarkan risiko. Lima belas persen menyediakan perkiraan secara tepat. Dua puluh tiga persen, para peneliti melaporkan, meremehkan risiko, berpendapat bahwa tidak ada risiko apabila perempuan menerima ART.
Temuan ini, para penulis menyimpulkan, memberi kesan bahwa para dokter sebaiknya membahas tentang perencanaan mempunyai anak, pembuahan dan kehamilan dengan seluruh perempuan HIV-positif.
Artikel asli: Having Children a Priority for Many Positive Women
http://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=0974

Jumat, 05 September 2008

Otonomi khusus dan HIV AIDS

Pemerintah Papua tolong pikirkan pemekaran kabupaten yang cukup banyak.
masyarakat di kampung belum siap untuk menyambut kabupaten baru itu dengan segala macam bidang yang akan menuntut mereka untuk harus menguasai itu. sedangkan proses untuk menuju kesitu tidak mudah. akhirnya banyak sector, bukan di kuasai oleh masyarakat lokal tetapi di kuasai oleh mereka yang dari luar daerah. dan secara tidak langsung akan menimbulkan kecemburuhan sosial.
Oleh sebab itu Pemerintah pusat, propinsi maupun kabupaten harus bisa melihat hal itu. jangan karna keinginan kelompok tertentu kabupaten di mekarkan ataupun propinsi.
kami tahu kalau informasi ini bukan informasi baru, tetapi dengan hadirnya banyak pemekaran kabupaten, maka hadir juga uang yang begitu banyak, sehingga konsumsi akan kebutuhan apa saja akan meningkat. salah satunya adalah seks dan minuman yang beralkohol, yang penyebabnya bisa tertular HIV karna menyalagunakan uang yang banyak tadi. Dan pemerintah daerah harus mampu membuat gebrakan untuk mengontrol anggotanya yang prilakuanya seperti itu.
JAYAPURA (PAPOS),Jumat 5 agustus 2008 -Dua persoalan besar dan krusial yang merusak jati diri dan membunuh kehidupan rakyat Papua yaitu Korupsi di kalangan birokrasi dan penyebaran penyakit yang mematikan HIV/AIDS. Demikian disampaikan Gubernur Papua Barnabas Suebu, SH pada saat tatap muka dengan para pemimpin Gereja-Gereja Kristen di Papua di Gedung Negara dalam siaran pers yang diterima Papua Pos, Kamis (4/9) malam. Menurut Gubernur Suebu, HIV/AIDS dan Korupsi hanya bisa diobati dengan satu pertobatan yang sungguh-sungguh.
Pertobatan adalah jawaban yang sangat tepat, tetapi kenyataan di lapangan, beberapa masyarakat tidak melihat perilaku mereka adalah perbuatan yang melanggar kehendak Tuhan. makanya mereka dengan tanpa bersalah tetap melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan yang dapat membunuh dirinya sendiri dan orang lain.
Ada ide yang sedikit bodoh ( bagaimana kalau setiap kenaikan pangkat PNS, atau test PNS di sertakan dengan persyaratan surat bebas HIV dari klinik atau RS tempat test HIV. dengan catatan jika ada yan positif HIV mereka tidak akan di bedahkan dengan orang lain dalam prose kenaikan pangkat PNS atau test PNS, untuk perlakuannya. surat ini memberi peringatan secara pribadi kalau jika saya mengajukan kenaikan pangkat atau test PNS, bagaimana kalau saya positif HIV, sehingga perasaan rasa takut terhadap pribadi,keluarga, teman kerja ataupun masyarakat, akan membuat dia untuk mengontrol hidup lebih baik, tetapi harus di tangani dengan menjaga kerahasiaannya).
Memang bukan PNS atau calon PNS yang baresiko tertular HIV tapi kita semua bias tertular dengan perilaku yang buruk. Itu adalah salah satu cara untuk mencegah penularan HIV.
semoga papua akan bebas dari HIV suatu saat.(medexp)